REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan Gunung Merapi di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah mengalami 74 kali gempa guguran selama periode pengamatan pada Rabu (28/9) pukul 00.00-24.00 WIB.
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan selain gempa guguran, pada periode pengamatan itu juga tercatat 17 kali gempa fase banyak, satu kali gempa vulkanik dangkal.
"Berikutnya 29 kali gempa vulkanik dalam, dua gempa tektonik, dan 10 kali gempa hembusan," ujar dia, Kamis (29/9/2022).
Berdasarkan pengamatan visual, tampak asap berwarna putih ke luar dari Gunung Merapi dengan intensitas tipis dengan ketinggian sekitar 30 meter di atas puncak.
Pada periode pengamatan itu, menurut Agus, terdengar satu kali suara guguran dari Pos Babadan.
Deformasi atau perubahan bentuk tubuh Merapi yang dipantau BPPTKG menggunakan electronic distance measurement (EDM), tidak terukur selama tiga hari terakhir.
Sementara itu, kata Agus, berdasarkan hasil analisis morfologi pada periode 16 - 22 September 2022, tidak teramati perubahan ketinggian pada kubah barat daya.
"Untuk kubah tengah juga tidak teramati adanya perubahan morfologi yang signifikan," katanya.
Volume kubah lava barat daya tercatat sebesar 1.624.000 meter kubik, dan kubah tengah sebesar 2.772.000 meter kubik.
Hingga kini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong (sejauh maksimal lima km) serta Sungai Bedog, Krasak, Bebeng (sejauh maksimal tujuh km).
Selain itu, guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area di sektor tenggara yang meliputi Sungai Woro (sejauh maksimal tiga km) dan Sungai Gendol (sejauh lima km).
Apabila gunung api itu mengalami letusan eksplosif, kata Agus, lontaran material vulkaniknya dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.