Senin 17 Oct 2022 16:10 WIB

DIY Catat 13 Kasus Gangguan Ginjal Akut, Lima Meninggal Dunia

Gangguan ginjal akut misterius belum diketahui penyebabnya.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setjaningastuti.
Foto: Neni Ridarineni.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setjaningastuti.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat gangguan ginjal akut misterius pada anak sudah mencapai 13 kasus sepanjang tahun ini. Lima kasus di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

"Kita ada 13 kasus, meninggal dunia memang lima kasus, rentang kasusnya ini mulai Januari (2022), tapi updatenya baru Oktober," kata Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie kepada Republika.co.id saat dikonfirmasi, Senin (17/10/2022).

Pembajun mengatakan, gangguan ginjal akut misterius di DIY rata-rata terjadi pada anak yang berumur di bawah lima tahun (balita). Dari 13 kasus yang tercatat, delapan kasus di antaranya merupakan balita. "Selebihnya (di atas lima tahun), yang paling besar itu umur 13 tahun," ujar dia.

Terkait dengan lima kasus yang meninggal dunia, Pembajun juga menyebut, empat kasus merupakan balita. Sedangkan, satu kasus lainnya berusia sekitar 10 tahun.

Dari lima kasus meninggal dunia, juga ditemukan komplikasi pada organ lainnya dan juga akibat Covid-19. Dua kasus dilaporkan ada komplikasi di organ lain selain ginjal, satu kasus dilaporkan karena suspek Covid-19 dan dua kasus lainnya meninggal saat mendapatkan perawatan di PICU.

"Dua kasus meninggal sampai di PICU, berarti memang butuh perawatan intensif," jelasnya. Ia menambahkan, kasus gangguan ginjal akut misterius yang ditemukan di DIY ini memang belum diketahui penyebabnya.

Saat ini, pemerintah pusat masih melakukan investigasi terkait penyebab munculnya gangguan ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak tersebut. "Teman-teman IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) juga sedang mengevaluasi karena data yang kami dapat itu unknown etiology, artinya memang belum diketahui penyebabnya," ujar Pembajun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement