Kamis 20 Oct 2022 16:37 WIB

Fasyankes Diminta Identifikasi Kemungkinan Gangguan Ginjal Akut

Sosialisasi terkait gangguan ginjal akut juga digencarkan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Jumlah kasus gagal ginjal anak ditampilkan saat konferensi pers terkait penyakit gagal ginjal akut pada anak di RSUP Sardjito, Yogyakarta, Rabu (19/10/2022). Kasus gangguan ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak di DIY mencapai 13 kasus. Seluruh kasus tersebut ditangani di RSUP Dr Sardjito, Kabupaten Sleman. Hingga kini tiga kasus sembuh, enam kasus meninggal, dan empat kasus dalam perawatan intensif.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Jumlah kasus gagal ginjal anak ditampilkan saat konferensi pers terkait penyakit gagal ginjal akut pada anak di RSUP Sardjito, Yogyakarta, Rabu (19/10/2022). Kasus gangguan ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak di DIY mencapai 13 kasus. Seluruh kasus tersebut ditangani di RSUP Dr Sardjito, Kabupaten Sleman. Hingga kini tiga kasus sembuh, enam kasus meninggal, dan empat kasus dalam perawatan intensif.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY meminta fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di masing-masing wilayah untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya gangguan ginjal akut misterius pada anak. Pasalnya, dikhawatirkan masih ada gangguan ginjal akut yang tidak terdeteksi.

Pemda DIY melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) sudah mencatat sebanyak 13 kasus gangguan ginjal akut misterius. Dari belasan kasus tersebut, enam kasus dilaporkan meninggal dunia, tiga kasus dilaporkan sembuh, dan empat kasus lainnya masih dalam perawatan.

"Jadi, 13 yang sudah kita ketahui, kita khawatir ada yang lain yang belum kita ketahui. Sehingga Dinkes sudah menghubungi puskesmas-puskesmas dan layanan-layanan kesehatan di ujung (tingkat) pertama untuk bisa mengidentifikasi kemungkinan itu," kata Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji.

Tenaga kesehatan diharapkan untuk mendeteksi dini kemungkinan gagal ginjal akut yang timbul pada anak. Hal ini dapat dilakukan dengan memantau atau mewawancarai orang tua maupun anak yang memiliki gejala-gejala gagal ginjal akut.

"Tenaga kesehatan di ujung-ujung (di pelayanan kesehatan tingkat pertama), termasuk posyandu untuk bisa mengidentifikasi, bisa mewawancarai orang tua atau yang bersangkutan. Kemudian kalau ada gejala-gejala seperti itu segera di cek," ujar Aji.

Sosialisasi terkait gangguan ginjal akut yang saat ini banyak ditemukan pada anak juga digencarkan, terutama ke orang tua. Aji menyebut, orang tua juga harus waspada dan melakukan pengawasan jika anak mengalami gejala yang mengarah ke gangguan ginjal akut ini.

Jika ditemukan adanya gejala yang mengarah ke gagal ginjal akut misterius, diharapkan untuk segera dibawa ke fasyankes terdekat. Dengan begitu, diharapkan kasus gagal ginjal ini dapat tertangani dengan cepat dan diharapkan juga menekan angka kematian dari kasus ini.

"Jadi ini sudah mulai banyak di Indonesia dan di Yogya angka 13 itu tidak sedikit, itu angka yang besar," jelasnya.

Hingga saat ini, penyebab dari gangguan ginjal akut misterius ini masih belum dapat dipastikan. Aji menekankan, pemerintah bersama para ahli juga masih melakukan identifikasi terkait penyebab gagal ginjal akut misterius pada anak ini.

"Perguruan tinggi maupun rumah sakit, laboratorium, kita ajak untuk bersama-sama mencari penyebabnya apa, apakah ini hanya kasus saja atau ada sesuatu yang perlu kita lakukan ke depan. Apakah perlu imunisasi atau perlu apa, itu perlu segera kita ketahui supaya tidak bertambah lagi (kasusnya)," tambah Aji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement