REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Bowo Pribadi/Reporter Republika
Kopsoh (57), guru wiyata bakti yang dituakan di SDN Sugihan 3 Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tidak bisa berkata apa- apa, saat belasan orang tua/ wali murid menemuinya di sekolah dengan membawa berbagai hasil bumi mereka, Kamis (24/11).
Ada yang membawa pisang, manga, berbagai sayur-sayuran, daun singkong segar, cabai, ketela pohon, jagung, ubi jalar dan lainnya. Semuanya merupakan hasil jerih payah para orang tua dan wali murid dari ladang dan kebun mereka.
Terlebih, semua hasil bumi tersebut khusus dibawakan untuk guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut dan guru lain yang ada di sekolah ini, dalam menyambut peringatan Hari Guru Nasional tahun 2022.
“Ini sebagai kejutan sekaligus juga bentuk terimakasih kami, para orang tua kepada para guru yang telah mendidik putra- putri kami,” ungkap Fitri (42), salah satu orang tua murid.
Kami para orang tua murid, lanjutnya, tidak bermaksud ‘menyogok’ atau memberikan berbagai hasil jerih payah dari kebun ini untuk dikompensasikan dengan nilai atau apapun demi kepentingan putra- putrinya, kecuali niat tulus sebagai bentuk apresiasi.
Ini semua merupakan inisiatif kolektif dari para orang tua, meskipun ala kadarnya itu menjadi wujud rasa terima kasih. Sebab peran guru sangat membantu dalam mencerdaskan anak- anak mereka.
“Kalau di rumah kadang anak- anak, susah kalu disuruh belajar dan selalu banyak alasan. Tapi kalau sama guru tetep nurut. Bagi kami guru sangat berjasa baik terhadap anak- anak maupun kami paa orang tua,” tambahnya.
Melihat semua itu, Kopsoh sendiri tidak serta merta meluluskan permintaan para orang tua murid tersebut. Karena menjadi guru wiyata bakti hingga di usia yang semakin senja --semata- mata-- hanya karena panggilan jiwa dan pengabdian.
Ia pun melakukannya dengan tulus tanpa pamrih apapun, kecuali keinginan agar anak- anak yang telah di didik di sekolah pinggiran desa ini mendapatkan hak- hak mereka, pendidikan yang layak hingga akhirnya menjadi orang yang berguna.
Terlebih situasi di SDN Sugihan 3 berbeda dengan sekolah lainnya yang memiliki banyak murid dan fasilitas pendukung belajarnya lebih lengkap. Sesulit apa pun situasinya, sudah menjadi kewajiban bagi para guru untuk ikut mencerdaskan anak- anak di Desa Sugihan ini.
Termasuk dirinya, yang selama ini terus membimbing dan mengawal pendidikan iman dan takwa para murid. “Kami mewakili para guru, mengucapkan terimakasih kepada wali murid yang telah memberikan perhatian kepada guru, walaupun tanpa harus membawa hasil bumi sudah lebih dari cukup,” jelasnya.
Ia pun bekeinginan ke depan akan selalu mendidikmengajar para murid agar kelak mereka mampu menjunjung nama baik keluarga dan sekolah. Termasuk mencari murid lebih banyak lagi.
“Saya akan berusaha untuk mencari anak- anak supaya bisa masuk ke SD Negeri Sugihan 3 ini. Akan pergi ke desa-desa agar bersimpati masuk ke SDN Sugihan 3. Bagaimanapun pendidikan adalah hal yang utama,” tegasnya.
Merangkai Kegiatan ini, selanjutnya para murid dan orang ua Mereka bersalaman kepada guru dan dilanjutkan menyanyikan lagu hymne guru/ Pahlawan tanpa tanda Jasa. Beberapa murid dan guru yang emosianal harus menitikkan air mata saat momentum ini berlangsung.