REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X segera menaikkan status menjadi siaga darurat bencana di DIY. Hal ini menyusul banyaknya terjadi bencana akhir-akhir ini, mengingat DIY sudah masuk musim hujan.
Seperti tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Kulonprogo dan Gunungkidul belum lama ini, yang menyebabkan korban jiwa. Terlebih, mulai Desember 2022 ini juga diperkirakan akan masuk puncak musim hujan di sebagian wilayah di DIY.
"Ya (akan segera dinaikkan status jadi siaga darurat). Memang ini musim hujan mungkin sampai Januari kalau tidak keliru, kami khawatir dan makin besar akibatnya," kata Sultan di kantor BPBD DIY, Kota Yogyakarta.
Dinaikkannya status menjadi siaga darurat bencana setelah dikirimkan surat ke Gubernur DIY oleh BPBD DIY. Pengajuan dinaikkannya status kebencanaan ini asesmen kondisi bencana yang terjadi di kabupaten yang ada di DIY.
Selain itu, pengajuan siaga darurat bencana juga mengingat kabupaten di DIY sudah menetapkan lebih dulu status siaga darurat bencana. Dengan begitu, BPBD DIY menilai DIY juga perlu untuk menaikan status menjadi siaga darurat bencana.
Sultan menyebut, dengan status siaga darurat ini, mempercepat penanganan jika terjadi bencana di kabupaten/kota DIY. Pasalnya, dengan status siaga bencana akan memudahkan dialokasikannya dana untuk penanganan bencana.
Sehingga prosedur (penanganan bencana) dan sebagainya memang dilalui tidak menjelimet kalau sekadar untuk rehab. "Saya kira, kalau musim hujan ini kami mengeluarkan surat (siaga) darurat supaya memudahkan untuk mengeluarkan biaya untuk rehab. Kalau tidak, nanti prosedurnya ada pengajuan ini itu, tapi kalau darurat (siaga) kita kan bisa ambil inisiatif (lebih cepat)," lanjut Sultan.
Sebelumnya, Stasiun Klimatologi Mlati BMKG DIY juga sudah memprediksi puncak hujan akan terjadi hingga April 2023 mendatang di DIY. Selama puncak hujan ini, potensi cuaca ekstrem dapat terjadi di DIY.
"Berakhirnya puncak musim hujan pada April dasarian satu dan dasarian dua, setelah itu baru masuk musim kemarau," kata Kepala Stasiun Klimatologi Mlati BMKG DIY, Reni Kraningtyas.
Untuk itu, ia meminta warga untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem mengingat intensitas hujan yang juga tinggi. Pasalnya, cuaca ekstrem dapat menyebabkan berbagai bencana hidrometeorologi di DIY.
"Potensi bencana hidrometeorologi akan terjadi di wilayah kita, banjir, tanah longsor, pohon tumbang. Kita perlu mewaspadai potensi bencana akibat hujan lebat disertai angin kencang dan petir," tambah Reni.
Reni memprediksi untuk puncak hujan baru dimulai pada Desember 2022 di sebagian Kabupaten Kulonprogo. Sedangkan, puncak musim hujan di beberapa wilayah lainnya di DIY diprediksi terjadi pada Januari dan Februari 2023.
Dengan begitu, berakhirnya puncak musim hujan ini diprediksi pada April 2023 nanti. "Kota Yogyakarta dan sebagian (Kabupaten) Gunungkidul, Sleman, dan sebagian Bantul, puncaknya pada Januari. Sleman bagian utara, Gunungkidul bagian selatan (puncak hujan) akan terjadi Februari," jelas Reni.
Reni juga meminta agar seluruh pemangku kepentingan untuk siap siaga dalam menghadapi puncak musim hujan. Termasuk siap dalam mengantisipasi berbagai potensi bencana, jika terjadi cuaca ekstrem saat puncak musim hujan.
"Instansi terkait dan pemangku kepentingan harus siap siaga. Di sisi lain, jalan raya maupun jalan yang dilalui kendaraan dan ada pohon rimbun, diharap agar dirapikan, sehingga tidak membahayakan saat terjadi hujan. Drainase juga diperhatikan agar tidak terjadi genangan dan tidak terjadi banjir," tegasnya.