REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur berkomitmen mendorong peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor pertanian, khususnya untuk petani milenial melalui pendampingan dan transformasi keilmuan.
"Itu penting mengingat mereka adalah masa depan pertanian Indonesia," kata Ketua Komite Tetap Bidang Pertanian Kadin Jatim, Durrul Izza Alfatawi di Surabaya, Rabu (21/12/2022).
Menurut dia, salah satu yang menjadi fokus stakeholder di Jatim, termasuk Kadin Jatim, adalah peningkatan kapasitas dan kualitas petani milenial. Karena secara pemahaman mereka masih kurang, baik dari sisi hulu maupun hilir.
Namun untuk melakukan pendampingan, diperlukan data yang akurat seputar petani milenial. Tentang berapa jumlahnya di seluruh Jatim, apakah mereka bergerak di sektor hulu atau hilir, hingga usaha yang digeluti apakah masih baru ataukah sudah berkembang.
"Kami butuh data itu agar bisa melakukan pendampingan," kata Izza, panggilan akrab Durrul Izza Alfatawi. Data tersebut akan menjadi pijakan dalam menyiapkan mereka untuk menjadi bagian dari ekosistem pertanian Jatim yang kuat.
Sebab sejauh ini masih banyak yang yang harus dibenahi, termasuk sinergi ekosistem yang masih belum sepenuhnya terjalin. Sinergi ini, lanjut dia, menjadi keniscayaan karena perbaikan harus dilakukan mulai dari hulu hingga hilir.
"Kalau sudah ada data petani milenial, sinergi ini akan menjadi lebih terarah. Siapa yang bergerak membantu melakukan pendampingan di sektor hulu dan siapa yang bergerak melakukan pendampingan di sektor hilir, sehingga bisa bergerak bersama membentuk ekosistem pertanian yang sehat dan terarah," ujarnya.
Kadin Jatim, kata dia, akan lebih berkonsentrasi pada pendampingan petani milenial di sektor hilir dan pascapanen. Mulai dari bagaimana mengolah menjadi komoditas yang bernilai jual tinggi, melakukan kurasi produk serta pemasaran produk atau membuka jaringan.
"Kami kurasi produk mereka untuk mengetahui sejauh mana produk ini bisa dipasarkan, apakah masih di level pasar tradisional, ataukah sudah bisa masuk pasar modern atau bahkan sudah bisa masuk pasar ekspor karena pasar itu butuh kuantitas, kontinuitas dan kualitas. Kadin punya Rumah Kurasi, juga ada Export Center Surabaya untuk menjembatani masuk pasar luar negeri," ujarnya.
Agar produk pertanian yang dimiliki para milenial ini bisa lebih dikenal, maka harus ada forum bisnis untuk mempertemukan mereka dengan pengusaha, baik dalam maupun ke luar negeri.