REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Kolaborasi Strategis (Kolasse), lebih dari setengah masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merasa upah minimum provinsi (UMP) DIY tahun 2023 tak cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Di mana, UMP DIY pada 2023 berjumlah Rp1,98 juta.
"65,9 persen masyarakat DIY menyebut UMP DIY tahun depan sebesar Rp1,98 juta tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujar COO Kolasse, Satria Aji Imawan, dalam konferensi pers daring, Kamis (29/12/2022).
Satria menerangkan, sebanyak 44,9 persen responden yang menyebut UMP DIY tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari menilai pendapatan minimum ideal di provinsi itu harus sebesar Rp1,98-Rp2,51 juta. Sementara 41 persen lainnya menilai pendapatan minimum ideal di provinsi tersebut harus sebesar Rp2,52–Rp3,01 juta.
"Kenaikan UMP DIY belum mencukupi kebutuhan warga, karenanya perlu ada pertimbangan untuk memikirkan kenaikan UMP berkala di masa depan," ungkap dia.
Meski begitu, pada aspek ekonomi, 56,5 persen masyarakat DIY menyebut kondisi ekonomi rumah tangganya kini mengalami peningkatan dibanding setahun lalu. Lalu ada 52,2 persen masyarakat DIY menyebut kondisi ekonomi nasional saat ini ada pada kategori baik.
Selain survei kondisi sosial-ekonomi masyarakat di DIY, Kolasse juga melakukan survei partisipasi pemilih di DIY. Dari survei tersebut didapatkan, nama Ganjar Pranowo unggul dalam pertanyaan yang menyertakan nama 10 calon presiden dan perandaian apabila pemilu dilakukan saat ini.
"Elektabilitas Ganjar Pranowo mencapai 57,7 persen, unggul atas nama seperti Prabowo Subianto yang 14,7 persen, Anies Baswedan 7,5 persen, Ridwan Kamil 4,1 persen, dan Andika Perkasa 2,6 persen," terang dia.
Sementara itu, dalam pertanyaan sosok yang paling diharapkan masyarakat DIY untuk menjadi wakil presiden, nama Ridwan Kamil muncul sebagai yang teratas, yakni 9,4 persen. Nama setelahnya adalah Sandiaga Uno dengan perolehan 7,4 persen, Ganjar Pranowo 6,7 persen, Prabowo Subianto 4,3 persen, dan Erick Thohir 3,4 persen.
Kolasse melakukan penelitian ini di 50 kelurahan yang tersebar di lima kabupaten/kota di DIY, dengan proporsi responden yang didasarkan pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2019. Sampel pada penelitian sebesar 484 responden dengan proporsi gender berimbang, margin of error kurang lebih 4,45 persen, dan tingkat kepercayaan 95 persen.
"Pengambilan data dilakukan pada 8–18 Desember 2022. Wawancara dilakukan secara tatap muka. Responden dipilih secara acak menggunakan metode multistage random sampling. Responden yang berasal dari kelompok usia 17–25 tahun sebanyak 24,4 persen, 26–41 tahun 37,2 persen, dan 42–57 tahun adalah 38,4 persen," ungkap Satria.
Dia menerangkan, meskipun tidak memiliki jumlah pemilih yang besar jika dibandingkan dengan daerah lain, namun DIY memiliki peran signifikan dalam Pemilu. Praktik sosial–politik di DIY kerap menjadi acuan bagi tindak nasional. Provinsi ini juga banyak melahirkan tokoh nasional yang memiliki pengaruh besar pada kebijakan di tingkat pusat.
"Tak hanya itu, populasi penduduk generasi muda atau yang masuk kelompok Generasi Milenial dan Gen Z di DIY juga banyak. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020, 46,18 persen dari total penduduk DIY berasal dari kelompok Milenial dan Gen Z," tutur dia.