Selasa 03 Jan 2023 09:31 WIB

Dampak Gelombang Tinggi Terus Terakumulasi di Karimunjawa

Warga mulai kesulitan mengakses elpiji untuk kebutuhan rumah tangga.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
SPBU di Karimunjawa.
Foto: Antara.
SPBU di Karimunjawa.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Persoalan yang dihadapi oleh warga kepulauan Karimunjawa akibat dampak cuaca buruk di perairan utara Jawa Tengah, terus terakumulasi.

Setelah ketersediaan BBM semakin terbatas, mereka juga mulai kesulitan dalam mengakses elpiji untuk kebutuhan harian rumah tangga.

"Bukan hanya BBM, elpiji pun sekarang mulai susah," ungkap Ambon, salah seorang warga Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Selasa (3/1/2023).

Di tempat mereka, jelasnya, saat ini elpiji rumah tangga (tiga kilogram) sudah banyak yang kosong, kalaupun masih ada yang menjual harganya juga mahal.

Elpiji tabung tiga kg di Karimunjawa sekarang harganya bisa sampai kisaran Rp 33 ribu hingga Rp 35 ribu per tabung atau jauh di atas HET.

Karena pasokan ke Karimunjawa masih terhambat, sekarang semua serba mahal. "Saat BBM mulai menipis, Pertalite eceran harganya mencapai Rp 20 ribu per liter," katanya.

Ambon juga menyampaikan, tanda-tanda kenaikan harga juga mulai menyentuh sejumlah komoditas pokok harian masyarakat seperti beras.

Sekarang ini, harga beras di toko-toko penjual sembako juga sudah mulai naik dan bahkan nominal kenaikan harganya juga cukup tinggi. Untuk beras kenaikan harganya sudah mencapai kisaran Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu per sak (karung) isi 25 kg.

"Sehingga dampak gelombang tinggi terus terakumulasi di Karimunjawa ini," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement