REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sumbu Filosofi Yogyakarta yang diajukan sebagai warisan budaya dunia ke Unesco akan disidang pada September 2023. Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pun berharap agar Sumbu Filosofi lulus dalam sidang tersebut.
Meski begitu, Sultan menyebut belum memastikan akan hadir dalam sidang tersebut. Namun, Sumbu Filosofi akan memperkaya warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia jika nantinya lulus sidang Unesco.
"Saya belum bisa memastikan bisa hadir atau tidak (saat sidang). Mungkin nanti mengajukan permohonan saja. Ya harapannya (pengajuan Sumbu Filosofi) bisa gol (lolos)," kata Sultan usai menerima audiensi Kemendikbudrisktek belum lama ini.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan, pihaknya tengah berproses terkait persiapan seluruh dokumen pengajuan Sumbu Filosofi yang nantinya dibutuhkan saat sidang. Ditargetkan, seluruh dokumen tersebut sudah siap pada 28 Februari 2023 nanti.
"Akhir Februari ini semua sudah harus siap, karena harus segera dikirim kepada Delegasi Tetap RI untuk Unesco di Paris, Prancis. Semoga semuanya lancar, Insya Allah nanti kita bisa maju sidang di September," kata Dian.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengatakan, Sumbu Filosofi Yogyakarta sudah masuk dalam nominasi dan akan dibahas dalam sidang Komite Warisan Budaya Unesco di September 2023 mendatang. Sidang tersebut rencananya akan digelar di Riyadh, Arab Saudi,
"Karena itu, kami datang (audiensi dengan Pemda DIY) untuk memberitahukan tentang persiapan yang sudah kami lakukan, dan sudah sampai mana," kata Farid.
Selanjutnya, kata Farid, pihaknya juga akan membahas terkait program manajemen talenta nasional. Pihaknya juga akan melakukan koordinasi dengan Dinas Kebudayaan DIY mengenai program tersebut. "(Mengkoordinasikan) Soal kegiatan dan pelaku budaya dari DIY, mana saja yang bisa dimasukkan dalam kerangka manajemen talenta," kata Farid.