REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Jatim mencatat luasan sawah yang terdampak banjir sepanjang 2023, tepatnya hingga 27 Februari, mencapai 3.923 hektare. Meningkat dari data 20 Februari 2023 di mana hanya 2.101 hektare sawah yang terdampak banjir di wilayah setempat.
Bojonegoro menjadi daerah dengan luasan sawah paling banyak terendam banjir, yakni mencapai 402 hektare. Kemudian Lamongan dengan luasan sawah terdampak mencapai 396 hektare, dan Ponorogo 248,50 hektare. "Dari data itu, ada yang memang mengalami banjir tahunan," kata Kepala DPKP Jatim, Dydik Rudy Prasetya, Selasa (1/3/2023).
Akibat terjangan banjir yang melanda sejumlah daerah Jatim pada rentang 20-27 Februari 2023 itu, luasan puso atau gagal panen padi di Jatim bertambah. Pada 20 Februari 2023, luasan puso di Jatim hanya sekitar 186 hektare.
Kemudian berdasarkan data 27 Februari 2023, luasan gagal panen padi di Jatim bertambah menjadi 786,28 hektare. Dydik mengaku telah menyarankan petani untuk tidak menanam padi pada lahan yang sering terjadi banjir di musim penghujan.
Ia meyakini, langkah tersebut dapat mengurangi kegagalan panen akibat bencana banjir. Meskipun, lanjut Dydik, kenyataan itu sulit untuk diterapkan.
Terkait kondisi itu, DPKP Jatim juga terus menyosialisasikan agar petani mengikuti asuransi usaha tani padi (AUTP). Dengan mengikuti AUTP, petani cukup membayar premi 20 persen atau Ro 36 ribu per hektare dari total premi Rp 180 ribu per hektare. Artinya Tp 144 ribu sisanya disubsidi oleh pemerintah.
"Dengan AUTP petani akan mendapatkan total pertanggungan sebesar Rp 6 juta per hektare, sehingga petani akan dapat membeli benih dan melakukan pertanaman ulang jika terjadi kegagalan akibat bencana alam maupun serangan hama penyakit," ujarnya.