Jumat 03 Mar 2023 14:53 WIB

Tulungagung Panen Raya Padi, Estimasi Produksi Capai 108 Ribu Ton

Panen raya sudah mulai berlangsung sejak akhir Februari ini.

Petani memanen padi di lahan persawahan (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Petani memanen padi di lahan persawahan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Sebagian petani di beberapa wilayah di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mulai menikmati panen raya padi dan diperkirakan berlangsung hingga April 2023.

"Iya, beberapa wilayah sudah mulai panen raya," kata Kabid Penyediaan dan Pengembangan Sarana Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, Muchamad Mahmudi di Tulungagung.

Total lahan pertanian di Tulungagung yang ditanami padi saat ini ada 18 ribu hektare lebih. Dengan asumsi rata-rata per hektare menghasilkan enam ton gabah, maka estimasi produksi padi di Tulungagung hingga akhir panen raya bisa mencapai 108 ribu ton.

Panen raya padi ini diharapkan mampu menekan harga jual beras di pasaran yang saat ini cenderung tinggi, hingga kisaran Rp 12 ribu per kilogram untuk jenis beras medium. Pengawas Mutu Hasil Pertanian Dinas Pertanian dan Holtikultura Tulungagung, Suharni menambahkan, panen raya sudah mulai berlangsung sejak akhir Februari ini.

Dengan luasan lahan yang dipanen mencapai 18 ribu hektare, panen raya diperkirakan berakhir pada akhir April. Sayangnya, tingginya harga beras saat ini tak berbanding lurus dengan harga gabah dari petani yang justru cenderung turun.

Kondisi cuaca yang penghujan membuat gabah hasil panen petani sulit kering maksimal. Akibatnya, harga jual gabah turun hingga sekitar Rp 4.000 per kilogram. Harga pembelian ini jauh dari ideal karena harapan petani nilai jual gabah bisa di atas Rp 5.000 per kg.

Dengan harga itu para petani mengalami kerugian, sebab ongkos tanam lebih tinggi dari harga jual gabah. "Dengan harga jual Rp 4.800 hingga Rp 5.000 keuntungan petani sudah menipis," ujarnya.

Menurut dia, untuk mengeringkan gabah petani saat musim hujan, bisa menggunakan mesin pengering gabah. Meski demikian kapasitas dan jumlah mesin pengering gabah di Tulungagung masih terbatas.

"Untuk mengoperasikan mesin pengering juga butuh biaya, jadi harus keluar biaya lagi untuk mengeringkan," kata Suharni.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement