Sabtu 04 Mar 2023 06:25 WIB

Komisi X DPR Desak Kebijakan Masuk Sekolah Jam 5 Pagi Dipertimbangkan Kembali

Gubernur NTT menyatakan tidak akan mundur dalam menerapkan kebijakan tersebut.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Fernan Rahadi
Jam masuk sekolah (ilustrasi). Siswa SMA/SMK di NTT diusulkan masuk pukul 05.00 Wita. Setiap negara memiliki jam masuk sekolah yang berbeda-beda.
Foto: www.freepik.com
Jam masuk sekolah (ilustrasi). Siswa SMA/SMK di NTT diusulkan masuk pukul 05.00 Wita. Setiap negara memiliki jam masuk sekolah yang berbeda-beda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X DPR RI, Fahmy Alaydroes, menilai kebijakan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTT) yang mewajibkan siswa sejumlah sekolah masuk sejak pukul 5 pagi patut dipertimbangkan kembali. Pasalnya, kebijakan tersebut dinilai tidak efektif dan tidak efisien untuk mendukung penyelenggaran pembelajaran.

"Maksudnya baik, mendidik pelajar agar terbiasa disiplin, memanfaatkan waktu sejak dini hari. Namun, kebijakan itu menjadi tidak bijak bila kemudian memberatkan, merepotkan, dan membuat gaduh banyak pihak, terutama pihak orang tua", ujar Fahmy dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (4/3/2023).

Apalagi, kata politikus Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) itu, kebijakan tersebut berpotensi mengganggu kesempatan para pelajar maupun para guru untuk menjalankan ibadah. Seperti contohnya menunaikan shalat subuh di masjid jika terdapat individu yang beragama Islam.

"Hal ini pasti akan memicu kontroversi di tengah masyarakat," jelas dia.

Lebih lanjut, Fahmy menyebutkan, proses pendisiplinan pelajar dan peningkatan mutu bisa dilakukan dengan berbagai cara. Dirinya pun menekankan agar dalam membuat kebijakan pemenuhan standar mutu pendidikan tidak mengada-ada.

"Terasa aneh dan tidak nyambung ketika ketertinggalan mutu pendidikan yang penyebabnya adalah merosotnya capaian standar mutu, tetapi yang disalahkan justru jam masuk sekolah," kata legislator daerah pemilihan Jawa Barat V itu.

Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Laiskodat, menyatakan tidak akan mundur dalam menerapkan kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi. Dia mengatakan, kebijakan tersebut akan terus berjalan di dua sekolah di NTT, yakni di SMA 1 dan SMA 6. Menurut Viktor, tidak ada suatu perubahan di dunia ini yang tidak menuai pro kontra.

"Banyak orang menyatakan, itu pagi buta!' Hei, lihat baik-baik. Matahari terbit di NTT itu jam 5 (lewat) 48 menit. Filosofi seorang tokoh yang mau disiapkan adalah sebelum matahari itu terbit dia telah siap untuk hidup di dalam pembangunan aktivitas sehari-hari. Itu filosofinya. Karena itu saya tidak akan mundur," ujar Viktor dalam video yang dia unggah di akun Instagram pribadinya, @viktorbungtilulaiskodat, dikutip Rabu (1/3/2023).

Dia menjelaskan asal muasal kebijakan tersebut dibuat. Itu bermula ketika Viktor berdiskusi dalam suatu rapat dengan para kepala sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT perihal banyaknya alokasi dana untuk pendidikan di NTT tapi siswa yang tembus ke universitas favorit tidak begitu banyak. Dari sana, ditentukan desain khusus untuk difokuskan kepada dua sekolah unggul di NTT.

"Maka untuk kita menjawab uang sebanyak itu ada desain khusus. Dan desain khusus ini tidak semua sekolah. Karena kalau fokus itu artinya tidak boleh semua. Tapi banyak yang bilang begini, 'kami ju mau e.' Ya coba aja. Nanti kita lihat ada yang sanggup," kata Viktor.

Viktor menerangkan, setelah kebijakan tersebut dilakukan, ada dua sekolah yang dinilai sanggup dan dapat melakukan kebijakan tersebut, yakni SMA 1 dan SMA 6. Menurut dia, dua sekolah tersebut merupakan sekolah unggul secara karakter dan pengetahuan di NTT. Dia memastikan, di dua sekolah itu kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi akan terus berjalan, setidaknya hingga dia berhenti menjadi gubernur pada September mendatang.

"Siap-siap anak-anak kita SMA 1 kalau tidak kuat tarik pulang sudah. Karena ini jalan terus kecuali saya berhenti September nanti pasti bisa dibatalkan. Dua, SMA 6. Dua ini akan berjalan terus. Jam 5 pagi," jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement