REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi memuntahkan awan panas guguran (APG) pada Sabtu, (11/3) siang tadi. Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada.
"Tetap tenang, jangan panik, dan tidak mudah terpancing isu-isu tentang letusan Gunung Merapi. Tetap ikuti informasi dan arahan dari Pemerintah Kabupaten Sleman. Kita juga terus komunikasi intens dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG)," kata Kustini kepada Republika, Sabtu (11/3).
Adapun upaya mitigasi yang telah dilakukan yaitu meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk secara intens melakukan pemantauan perkembangan aktivitas Gunung Merapi.
"Tadi kita sudah koordinasi dengan BPBD. Kita cek semua mulai dari EWS (Early Warning System) siap dibunyikan dalam keadaan bahaya, armada dan petugas evakuasi juga siap, serta kita minta lakukan pengamanan wilayah berbahaya lima km sesuai rekomendasi dari BPPTKG," ujarnya.
Kustini juga memastikan tidak ada wilayah di Sleman yang terdampak hujan abu vulkanik. Meskipun begitu, masyarakat yang tinggal di lereng kaki Gunung Merapi sempat diungsikan dan sebagian masih berada di titik pengungsian.
"Warga Tunggularum sempat (mengungsi) ke titik pengungsian, tetapi sudah kembali ke rumah masing-masing. Warga Purwobinangun sampai saat ini masih berada di SD Sanjaya Tritis dan Lapangan Purwobinangun sebagai lokasi titik kumpul," ujarnya.
"Untuk warga di Glagaharjo warga dan perangkat desa masih standby dan memantau perkembangan yang ada," imbuhnya.
Kustini mengatakan untuk objek wisata Bunker Kaliadem dan Penambangan di Kali Gendol sudah steril dari aktivitas. Serta wilayah Kaliurang Timur di seputaran gardu pandang untuk jalan sudah ditutup dari pengunjung.
"Intinya saat ini kita semua waspada. Panewu dan lurah kita minta standby dan intenskan komunikasi dengan petugas BPBD. Kalau sewaktu-waktu terjadi letusan, kita bisa gerak cepat," ungkapnya.