Rabu 29 Mar 2023 11:38 WIB

UGM Bangun Kolaborasi Riset Internasional

Kolaborasi internasional bisa mendorong kemajuan ilmu pengetahuan & inovasi teknologi

Kampus UGM Yogyakarta.
Foto: Yusuf Assidiq
Kampus UGM Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Beberapa perguruan tinggi di Indonesia seperti UGM, UI, ITB, IPB, ITS dan Universitas Airlangga tengah membangun kolaborasi riset internasional dengan beberapa perguruan tinggi di Australia dan  Inggris melalui program kerja sama riset inovatif produktif yang bertajuk UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Science (Ukicis) dan Partnership in Research Indonesia and Melbourne (Prime). Kerja sama riset antara peneliti ketiga negara ini diharapkan bisa mendorong publikasi internasional dan meningkatkan reputasi internasional perguruan tinggi Indonesia.

Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha dan Kerja Sama Universitas Gadjah Mada,  Ignatius Susatyo Wijoyo, mengatakan kolaborasi internasional dengan melibatkan banyak pakar yang mewakili peneliti dari berbagai di Indonesia, Australia, dan Inggris ini bisa mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi. 

"Berbagai pengalaman peneliti dari tiga negara yang berbeda menjadi kunci kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah berbagi dan atau transfer pengetahuan dan jaringan. Saya percaya bahwa forum ini akan berfungsi sebagai platform untuk bertukar ide di antara para peserta, yang akan mempromosikan penelitian lebih lanjut dan kolaborasi studi yang mengarah pada inovasi teknologi," katanya dalam  simposium internasional tentang program Prime dan Ukicis yang bertajuk Mendorong Penelitian Unggulan Melalui Keterlibatan Global, yang berlangsung di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Selasa (28/3/2023).

Menurutnya Fakultas Teknik UGM dapat memberikan kontribusi besar dalam kegiatan Prime dan Ukicis ini sebagai salah satu pemimpin di bidang keinsinyuran untuk bekerja sama dengan mitra universitas dalam mengembangkan penelitian di bidang energi, kota pintar, lingkungan dan biomaterial. 

"Saya yakin bahwa simposium internasional tentang program prime dan ukicis akan memberikan hasil yang bermanfaat dan meletakkan dasar yang kuat untuk kerjasama penelitian dan pengembangan di masa depan antara universitas di Indonesia, Australia, dan Inggris," jelasnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (29/3/2023).

Direktur SDM Dikti Kemendikbud Ristek RI Sofwan Effendi, mengatakan kolaborasi riset internasional ini akan mendorong pengembangan SDM dan inovasi riset di tanah air. Menurutnya kultur riset dan inovasi Indonesia saat ini tertinggal jauh dibanding dari negara tetangga di Asia Tenggara. Ia menyebutkan bahwa Global innovation index atau indeks inovasi global Indonesia saat ini berada di peringkat 75 dari 132 negara. "Masih kalah jauh dari Thailand dan Malaysia apalagi Singapura," jelasnya.

Sementara Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi  Universitas Indonesia (UI) Nurtami, mengatakan kolaborasi internasional di bidang riset dan pendidikan antara peneliti Indonesia dengan peneliti dari Australia dan Inggris bisa menguatkan rekognisi internasional. "Kerja sama pendidikan dan riset ini  bisa membawa dampak bagi penguatan posisi perguruan tinggi di tingkat internasional," paparnya.

Pada simposium kali ini, para peneliti menyampaikan beberapa hasil riset di bidang kesehatan dan sosial humaniora berkolaborasi dengan peneliti dari Australia. Salah satu di hasil peneliti di bidang kesehatan yang dipresentasikan yakni hasil riset kolaborasi antara UI, UGM, Universitas Airlangga  dan Universitas Melbourne tentang penguatan layanan perawatan primer ramah remaja dan dewasa muda dalam rangka meningkatkan promosi kesehatan di lingkungan kampus. 

Anggota tim peneliti, Indah Suci Widyahening, dari Fakultas Kedokteran UI, mengatakan penelitian ini dilatarbelakangi atas persoalan kesehatan yang ditemukan di lingkungan kampus dengan ditemukannya data soal lebih dari 30 persen mahasiswa baru UI mengalami kelebihan berat badan dan obesitas bahkan  lebih dari 25 persen memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Selain itu lebih dari 50 persen lulusan UGM di salah satu fakultas teridentifikasi mengalami gangguan kesehatan saat mengikuti proses seleksi kerja di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement