Ahad 02 Apr 2023 12:30 WIB
Hikmah Ramadhan

Menjadi Muslim yang Visioner dengan Puasa

Cita-cita yang paling agung dari seorang Muslim adalah mencapai kebahagiaan akhirat.

Gedung Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
Foto: UMY
Gedung Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)

Oleh : Endro Dwi Hatmanto*

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi seorang Muslim, memiliki visi dalam kehidupan sangatlah penting karena visi memberikan arah dan tujuan yang jelas dalam hidup. Tanpa visi, seseorang mungkin merasa kebingungan dan kehilangan arah. Dengan memiliki visi, seseorang dapat fokus pada hal-hal yang penting dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan dalam hidupnya. 

Dalam bukunya ‘The Power of Vision’, Joel Barker mengatakan bahwa memiliki visi sangatlah penting bagi kesuksesan personal maupun kesuksesan organisasi. Masih menurut Barker, visi dapat memberikan arah, motivasi, dan fokus dalam menggapai kesuksesan. Pertanyaannya, bagaimana ibadah puasa di Bulan Ramadhan dapat menjadikan kaum Muslim yang visioner? 

Yang pertama, seperti yang diajarkan oleh puasa, visi kaum Muslim harus berorientasi jangka panjang. Alquran mengajarkan kepada kita: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah" (QS. al-Hasyr Ayat 18-24).

Dalam ayat ini, yang dimaksud dengan ‘hari esok’ adalah ‘akhirat’. Dengan demikian, ayat ini mengajarkan bahwa orientasi kesuksesan jangka pendek dunia bukanlah ‘the ultimate goal’ atau tujuan akhir dari seorang Muslim. Namun, cita-cita yang paling agung dari seorang Muslim adalah mencapai kebahagiaan akhirat.  

Yang kedua, visi mencegah kaum muslim dari kebingungan dan hidup tanpa arah. Poin ini menjadi penting karena dewasa ini era modern menawarkan pasar bebas yang menjajakan berbagai tata nilai. Ada nilai-nilai yang sebangun dengan nilai-nilai Islam, tetapi banyak pula yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Alquran mengajarkan bahwa tujuan utama dari puasa adalah mencapai derajat taqwa (QS Al Baqarah: 183). Secara umum, takwa dapat diartikan sebagai ketakwaan atau ketaatan kepada Allah SWT, yang ditunjukkan melalui pengendalian diri, menjauhi dosa, dan melakukan amal baik.

Karena puasa bemanfaat untuk melatih pengendalian diri dan ketaatan pada nilai-nilai kebaikan dari Allah, maka puasa Ramadhan memberikan arah untuk membimbing manusia dalam menjalani hidupnya. Dalam pandangan Ibnu Qayyim, takwa adalah menghindari apa yang diharamkan oleh Allah dan melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya. Dengan pengertian ini, takwa mencegah manusia dari kebingungan dalam memilih tata nilai yang berkelindan di era modern saat ini. 

Yang ketiga, melalui visi ketakwaan yang diajarkan oleh puasa, kaum Muslim diajarkan untuk melakukan hal-hal yang menjadi skala priortas untuk meraih derajat takwa dan menghindarkan diri dari melakukan hal-hal yang tidak penting dalam kehidupannya. Dengan strategi ini, energi dalam menumbuhkan kebaikan-kebaikan menjadi lebih terfokus. Sebaliknya, perkara-perkara yang tidak penting yang dapat menjadikan mudharat dan kerugian bagi kehidupan dapat tereliminasi bahkan dihapuskan. 

*Kepala Lembaga Pengembangan Pendidikan UMY

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement