Oleh : Iwan Setiawan M.S.I.*
REPUBLIKA.CO.ID, Allah menciptakan kehidupan ini dalam keseimbangan. Ada siang ada malam, ada ganjil ada genap, ada panas ada ,dan ada panas juga dingin. Manusia juga diberi anugerah oleh Allah dalam keseimbangan. Ada tangan kanan dan kiri, ada mata kanan dan kiri, ada kaki kanan dan kiri, ada kuping kanan dan kiri. Manusia juga diberi kesehatan dan diberi sakit. Adanya keseimbangan ini tentu mengandung hikmah yang dapat menjadi pelajaran bagi setiap orang.
Rasulullah SAW juga memberi tauladan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan. Banyak perilaku Rasulullah yang dapat menjadi petunjuk betapa Islam sangat menganjurkan untuk menjaga kesehatan. Praktik hidup Rasulullah berkaitan dengan kebiasaan keseharian seperti bersiwak, membersihkan kuku, merapikan rambut dan pola makan menggambarkan betapa beliau sungguh memperhatikan urusan kesehatan.
Kalau merujuk pada UU Kesehatan Nomor 36 tahun 2010, sehat adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam hal ini kesehatan bukan hanya urusan fisik belaka, tetapi juga menyangkut urusan mental, spiritual maupun sosial. Kesehatan adalah urusan semesta manusia di mana mereka membutuhkan banyak dukungan untuk menjadikan sehat sebagai bagian dari tujuan kehidupan.
Islam tidak hanya mengatur urusan ibadah semata, tetapi juga mendorong agar manusia mampu meraih kesempurnaan hidup bagi individu maupun masyarakat. Jalan untuk mencapai kesempurnaan itu, bisa diwujudkan melalui kesehatan yang holistik (menyeluruh) yakni sehat secara sempurna yang meliputi jasmani/fisik, jiwa/mental, spiritual/ruhani dan sosial. "Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia," ujar Rasulullah. Dalam Islam kesehatan yang holistik ini dimaknai dengan istilah Ash-Shihah Wal Afiah atau sehat badannya (shihah) dan sehat jiwanya (afiah).
Bersyukur dengan menjaga kesehatan
Islam agama yang sangat peduli kesehatan. Tidak heran jika dalam Alquran maupun hadits banyak ditemui pernyataan tentang pentingnya menjaga kesehatan. Misalnya hadits Bukhari yang berbunyi, "Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang." (HR Ibnu Abbas). Pernyataan itu benar sekali, dan kecenderungan kita adalah melupakan saat sehat dan waktu luang.
Orang baru sadar betapa sehat adalah anugerah yang tak ternilai harganya saat ia sakit. Begitu pula, orang akan tergagap ketika menemui dirinya telah mengabaikan suatu kesempatan (berhubungan dengan waktu). Islam rupanya ingin agar umatnya menjadi pribadi yang sehat dan kuat. Karena hanya dengan demikian, memungkinkan manusia untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya di bumi secara maksimal.
Sehat merupakan karunia yang wajib disyukuri. Cara bersyukur yang paling tepat adalah dengan menjaga kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya. Kita wajib meyakini bahwa sehat merupkan karunia Allah, di samping pengaruh dari gaya hidup yang kita lakukan. Karena bagaimanapun, Allah-lah Dzat yang memberi kesehatan dan sekaligus sakit. Jika seseorang ditakdirkan sakit maka ia akan sakit pula. Alquran menjelaskan sebagai berikut: "(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku, Dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu, Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku, Dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), Dan yang Amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat" (QS Asy-Syuara [26]: 78-82).
Berobat adalah ibadah
Muhammad Natsir dalam bukunya 'Berobat Adalah Ibadah' menjelaskan bahwa mengobati dan berobat adalah ibadah. Dalam Islam saat beraktivitas dimulai dari niat yang benar. Kalau kita beraktivitas dengan niatan untuk beribadah kepada Allah niscaya apa yang akan dikerjakan bernilai ibadah. Begitu juga saat kita berobat saat kita sakit.
Niat untuk berobat karena ingin mendapatkan kesembuhan dari Allah tentu nilainya akan lain dibandingkan dengan berobat karena hanya ingin mendapatkan kesembuhan belaka. Hal ini berdasarkan pada hadits dari ‘Alqamah bin Waqqash Al-Laitsi bahwa ia berkata, "Aku mendengar Umar bin Khattab RA berkata di atas mimbar, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai yang ia niatkan.Barangsiapa yang berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju" (HR Bukhari).
Hadits ini menunjukkan bahwa semua pekerjaan bila diniatkan dengan niat untuk mendapat keridhaan Allah nisacaya pekerjaan tersebut akan mendapat balasan dari Allah dengan setimpal dan barokah. Rasulullah SAW pun mewanti-wanti kepada umatnya kalau sakit segera mencari penyembuhnya/obat. Diriwayatkan dari Usamah bin Syureik oleh Ahmad dan Ashabus Sunan serta dipandang sah oleh Turmudzi, katanya: "Saya datang menemui Nabi SAW, dan sahabat-sahabat saya dapati seolah-olah di atas kepala mereka ada burung bertengkar disebabkan hormat dan takzim mereka kepada Nabi SAW. Saya pun memberi salam, lalu duduk. Kemudian berdatanglah orang-orang Badwi dari sana-sini, tanya mereka: "Ya Rasulullah, apakah kami boleh berobat? "Ujar Nabi SAW "Berobatlah kamu, karena Allah Ta’ala tidak menaruh sesuatu penyakit, melainkan menyediakan obatnya, kecuali suatu penyakit, yaitu penyakit tua."
Hal inilah yang menjadi bukti bahwa Islam mengajarkan bahwa menjaga kesehatan adalah mutlak dan bila sakit wajib berobat. Orang yang berobat dan orang yang mengobati adalah tindakan ibadah. Dalam sejarah peradaban Islam, jejak ilmuwan Muslim yang concern di bidang kedokteran menjadi bukti bahwa dunia kesehatan adalah bagian yang penting dari Islam. Kisah Rufaidah, perawat perempuan pertama di masa Nabi Muhammad SAW hidup juga menjadi bukti di masa beliau pun dunia kesehatan sudah berkembang dengan pesat. Inilah yang menjadikan bukti bahwa dunia kesehatan adalah bagian dari usaha untuk mendapatkan Ridho Allah SWT.
*Wakil Ketua PWM DIY dan Dosen AIK UNISA Yogyakarta