Kamis 27 Apr 2023 13:15 WIB

Diprediksi Hingga Oktober, Puncak Musim Kemarau DIY Terjadi Juli-Agustus

Pemda dan masyarakat diminta antisipatif terhadap dampak musim kemarau.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Musim kemarau (ilustrasi).
Foto: Antara/Arief Priyono
Musim kemarau (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau di DIY pada 2023 ini akan terjadi hingga Oktober nanti. Musim kemarau diprediksi sudah dimulai sejak April dasarian II di beberapa daerah di DIY, dan sebagian besarnya dimulai pada Mei 2023 nanti.

Kepala Stasiun Klimatologi DIY, Reni Kraningtyas mengatakan, akhir musim kemarau di DIY diperkirakan pada Oktober dasarian I yakni di Kabupaten Kulonprogo bagian Utara. Sedangkan, di Kabupaten Gunungkidul bagian tengah dan selatan, diperkirakan musim kemarau akan berakhir pada Oktober dasarian II.

"Oktober dasarian III, (akhir musim kemarau terjadi di) wilayah Kota Yogyakarta, seluruh Kabupaten Sleman dan Bantul, Kabupaten Kulonprogo kecuali Kapanewon Samigaluh dan Kalibawang, serta Gunungkidul bagian utara," kata Reni, Kamis (27/4/2023).

Reni memerinci dari delapan Zona Musim (ZOM) di DIY, dua ZOM atau 25 persennya diprakirakan akan mulai memasuki musim kemarau pada April 2023. Sedangkan, enam ZOM atau 75 persen lainnya diperkirakan pada Mei 2023.

Panjang musim kemarau di DIY diprediksi akan terjadi hingga 16-20 dasarian. Sementara itu, untuk puncak musim kemarau sendiri diperkirakan akan berlangsung antara Juli hingga Agustus 2023 di DIY.

Puncak musim kemarau pada Juli hanya diperkirakan terjadi di satu ZOM atau 12,5 persen. "(Puncak musim kemarau di DIY di) Tujuh ZOM (87,5 persen) berlangsung pada Agustus 2023," ujarnya.

Untuk itu, pihaknya mengimbau pemerintah daerah maupun masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap dampak musim kemarau 2023 ini. Pasalnya, musim kemarau di 2023 ini diprakirakan akan lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya.

"Peluang terjadinya curah hujan rendah, perlu melakukan langkah antisipasi memilih budi daya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air, waspada kebakaran hutan, lahan dan semak, serta menghemat penggunaan air bersih," katanya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement