REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengimbau masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akibat pusat tekanan rendah di Samudera Hindia.
"Mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor, angin kencang dan puting beliung," kata Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono dalam keterangannya di Yogyakarta, Senin (1/5/2023).
Warjono mengatakan curah hujan dengan intensitas sedang-lebat yang bahkan dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang berpotensi terjadi pada 1 sampai 3 Mei 2023.
Kondisi cuaca selama periodetersebut dipicu adanya pusat tekanan rendah di Samudera Hindia Barat Sumatera, pusat tekanan rendah di Samudera Pasifik Timur Laut Maluku Utara, serta sirkulasi Eddy di Kalimantan bagian Utara.
Fenomena itu, menurut Warjono, kemudian membentuk daerah belokan angin (shearline) di Pulau Jawa. "Kondisi ini menyebabkan potensi hujan sedang-lebat di wilayah DIY terutama wilayah DIY bagian Utara pada siang sampai sore hari," ucap dia.
Menurut dia, profil vertikal kelembapan udara yang tinggi mencapai 60 sampai 85 persen serta labilitas lokal pada siang hari yang cukup kuat turut berkontribusi terhadap pembentukan awan konvektif di wilayah DIY.
Warjono menyebutkan pada 1 Mei 2023, hujan sedang-lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang berpotensi terjadi di Sleman, Gunungkidul bagian Utara, dan Kulonprogo bagian Utara. Berikutnya pada 2 Mei dan 3 Mei 2023 berpotensi terjadi di Sleman dan Kulonprogo bagian Utara.