Jumat 19 May 2023 18:14 WIB

Survei: Elektabilitas Ganjar Merosot Efek Piala Dunia U20 Batal dan 'Petugas Partai'

Survei LSI tunjukan elektabilitas Prabowo ungguli Ganjar

Rep: Febryan A/ Red: Bayu Hermawan
Peneliti Senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA Adjie Alfaraby
Foto: Republika/Prayogi
Peneliti Senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA Adjie Alfaraby

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei terbaru yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menemukan bahwa elektabilitas calon presiden (Capres) PDIP, Ganjar Pranowo, turun. Ini merupakan kali pertama tingkat keterpilihan Gubernur Jawa Tengah itu merosot dalam setahun terakhir. 

"Berdasarkan hasil survei kita dalam satu tahun terakhir, ini pertama kali dukungan ke Ganjar turun," kata Direktur LSI Denny JA, Adjie Alfaraby saat merilis hasil survei lembaganya di Jakarta, Jumat (19/5/2023). 

Baca Juga

Adjie menjelaskan, berdasarkan hasil survei LSI Denny JA pada Mei 2022, elektabilitas Ganjar berada di angka 27,9 persen. Setelah itu, elektabilitas Ganjar terus naik hingga mencapai puncaknya pada Januari 2023 dengan raihan elektabilitas 37,8 persen. 

Setelah mencapai puncak, lanjut dia, elektabilitas Ganjar menurun. Dalam survei terbaru LSI Denny JA pada 3-14 Mei 2023, didapati elektabilitas Ganjar sebesar 31,9 persen. 

 

Adjie mengatakan, ada tiga penyebab elektabilitas Ganjar merosot. Pertama, efek negatif batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Sebab, publik menilai pernyataan Ganjar menolak keikutsertaan Israel sebagai peserta Piala Dunia U-20 merupakan salah satu penyebab Indonesia batal jadi tuan rumah. 

Kedua, publik mempersepsikan Ganjar bukan tipe pemimpin yang kuat. Status Ganjar yang dideklarasikan dan dibincangkan publik sebagai “petugas partai”, ternyata melemahkan persepsi personal Ganjar. 

"Ganjar dinilai sebagai pemimpin yang tidak mampu mengambil keputusan sendiri, karena harus berkonsultasi atau direstui dulu setiap keputusannya oleh ketum partainya," kata Adjie. 

Ketiga, publik menganggap Ganjar sebagai gubernur yang gagal menangani isu kemiskinan di Jawa Tengah. Padahal, publik menganggap bahwa persoalan kemiskinan itu merupakan isu prioritas. 

Adjie menjelaskan, data memang menunjukan bahwa Jawa Tengah adalah provinsi kedua termiskin di Pulau Jawa. Kemiskinan di Jawa Tengah pada tahun 2022, mencapai 10.98 persen. Tingkat kemiskinan di Jawa Tengah itu lebih rendah daripada rata-rata angka kemiskinan nasional tahun 2022 sebesar 9,57 persen. 

Meski survei terbaru LSI Denny JA ini menemukan bahwa elektabilitas Ganjar merosot, tapi tingkat keterpilihan Gubernur Jawa Tengah itu sebagai capres masih berada di urutan kedua. 

Urutan pertama ditempati Capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dengan elektabilitas 33,9 persen. Sedangkan Capres Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, berada di urutan ketiga dengan tingkat keterpilihan 20,8 persen. Adapun responden yang tidak menjawab/tidak tahu sebanyak 13,4 persen. 

Survei LSI Denny JA pada 3-14 Mei ini dilakukan secara tatap muka menggunakan kuesioner terhadap 1.200 responden di seluruh Indonesia. Margin of error survei ini sebesar 2.9 persen. Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, dan focus group discussion.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement