Ahad 11 Jun 2023 11:51 WIB

Pengamat: Pertemuan Puan-AHY Jadi Momentum Rekonsiliasi Politik

Partai Demokrat dinilai PDIP paling memungkinkan diajak berkoalisi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Puan Maharani (kiri), Agus Harimurti Yudhoyono (kedua kiri) pada diskusi sarasehan nasional yang diselenggarakan ICMI di Jakarta.
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Puan Maharani (kiri), Agus Harimurti Yudhoyono (kedua kiri) pada diskusi sarasehan nasional yang diselenggarakan ICMI di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pertemuan Puan Maharani dan Agus Harimurti Yudhoyono menuai perhatian publik. Walaupun belum ditentukan secara pasti terkait waktu dan tempat, pertemuan itu dirasa bisa jadi momentum rekonsiliasi.

Pengamat politik, Khoirul Umam, mengatakan, sudah hampir 20 tahun PDI Perjuangan dan Partai Demokrat terlibat dalam pola relasi konfliktual akibat gesekan politik masa lalu. Ini merupakan akibat Pilpres 2004.

Kini, Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Sekjen PDIP Hasto Kristianto menyatakan mereka dengan segala kerendahan hati membuka tawaran kerja sama dengan Partai Demokrat. Termasuk, menuju Pemilu 2024 mendatang.

Namun, pada medio 2022 lalu, Hasto pernah menegaskan mereka tidak akan bekerja sama dengan Partai Demokrat. Maka itu, kemunculan tawaran kerja sama PDIP-Demokrat ini bisa jadi momentum rekonsiliasi politik nasional.

"Karena itu, rencana pertemuan Puan-AHY ini sangatlah produktif untuk kematangan demokrasi ke depan, di mana kompetisi politik tidak lagi disulut oleh politik kebencian akibat dendam masa lalu," kata Khoirul, Ahad (11/6/2023).

Ia merasa, sikap terbuka PDIP itu tampaknya dilatarbelakangi beberapa faktor. Pertama, tren peningkatan elektabilitas Prabowo di atas Ganjar yang disinyalir didukung sel-sel politik di lingkaran Istana Presiden.

Kini, PDIP mencoba bergerak cepat mengonsolidasikan berbagai kekuatan politik yang memungkinkan dijangkau. Ini dalam rangka mengantisipasi jika akhirnya terjadi persaingan sengit antara Ganjar dan Prabowo.

Kedua, rusaknya fondasi hubungan PDIP-Nasdem dan perbedaan ideologis akut antara PDIP-PKS. Karena itu, Demokrat dinilai PDIP satu-satunya di Koalisi Perubahan yang bisa jadi celah membuka komunikasi ke depan.

Dengan demikian, siapa pun yang masuk putaran kedua, masing-masing simpul koalisi memiliki pintu komunikasi menggalang dukungan. Termasuk, jika PDIP membaca Anies tidak akan berlaga atau tidak masuk di putaran kedua.

"Maka, Partai Demokrat dinilai PDIP paling memungkinkan untuk diajak berkoalisi, daripada mengajak PKS dan Partai Nasdem," ujar Khoirul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement