Jumat 23 Jun 2023 06:59 WIB

Inovasi Pupuk Hayati UMM Tingkatkan Daya Tahan Tanaman di Lahan Kering

Luas lahan kering di Indonesia mencapai sekitar 150 juta hektare.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
 Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Peternakan Pertanian (FPP) UMM melakukan inovasi pupuk hayati dikhususkan bagi lahan kering atau lahan yang kekurangan air.
Foto: Dokumen
Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Peternakan Pertanian (FPP) UMM melakukan inovasi pupuk hayati dikhususkan bagi lahan kering atau lahan yang kekurangan air.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pupuk hayati memiliki beragam manfaat untuk membantu pertumbuhan tanaman. Kebutuhan tanaman akan nutrisi hara dalam tanah biasanya spesifik sehingga pembuatan pupuk berbahan dasar tanaman dikembangkan dengan sifat dan kandungan yang juga spesifik.

Situasi ini pun dimanfaatkan oleh dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Peternakan Pertanian (FPP) UMM dengan melakukan inovasi pupuk hayati. Hal ini khususnya bagi lahan kering atau lahan yang kekurangan air.

Salah satu anggota tim, Ali Ikhwan, menjelaskan, pupuk ini diberi nama hayati rhizovit. Nama tersebut juga tercermin pada banyaknya manfaat dan kandungan yang mampu menghasilkan osmoprotektan yang meningkatkan ketahanan tanaman pada kekeringan.

Selain itu, terdapat hormon yang dapat memacu pertumbuhan tanaman. "Pun menghasilkan senyawa yang dapat berfungsi sebagai pestisida organik sehingga membendung serangan hama penyakit bagi tanaman," jelasnya.

Menurut dia, penelitian ini berfokus pada lahan kering. Hal ini dilakukan karena melihat luas lahan kering di Indonesia mencapai sekitar 150 juta hektare. Angka ini jauh lebih luas ketimbang lahan yang memiliki perairan teknik irigasi yang baik.

Ia kembali menjelaskan, saat ini banyak peneliti yang hanya berfokus pada lahan perairan. Padahal ada aspek lain yang bisa dikembangkan dan diteliti seperti lahan kering. Adapun dalam penelitian ini menyasar pada lahan jagung.

Terkait pembiayaan, Ali dan tim mendapatkan dana dari Badan Riset dan Inovasi Nasional selama tiga tahun. Pupuk ini juga saat ini dalam proses dipatenkan. Kemudian disebarluaskan untuk para petani yang ada di Indonesia terutama mereka yang memiliki masalah pada lahan kering.

Dia mengaku timnya telah memulai penelitian sejak 2020. Ada banyak mitra yang sudah diajak kerja sama termasuk dengan kelompok tani. "Beberapa sudah mencoba menggunakan pupuk ini sembari menunggu paten terbit,” jelasnya.

Berdasarkan penelitian, hasil produksi jagung yang menggunakan pupuk rhizovit hayati melonjak naik hingga 90-an persen. Adapun pupuk ini dikeluarkan berbentuk granul dan cair. Hal ini bertujuan agar para petani memiliki pilihan mengingat tidak semua pupuk dalam bentuk cair dapat dikirim ke seluruh Indonesia.

Pupuk hayati rhizovit ini juga memiliki biaya produsi yang lebih murah. Hal itu karena pupuk tersebut lebih efektif dan efisien, baik itu dari aspek bahan hingga biaya produksi.

Ia berharap beberapa pihak yang terlibat dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat. Salah satunya memberikan keuntungan yang lebih banyak bagi bagi petani jagung dengan harga pupuk yang terjangkau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement