Sabtu 22 Jul 2023 15:46 WIB

Sepekan Ini, Gunung Merapi Tercatat 281 Kali Luncurkan Guguran Lava

Intensitas kegempaan pada pekan ini juga masih cukup tinggi

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Dusun Ngori, Magelang, Jawa Tengah.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Dusun Ngori, Magelang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Guguran lava Gunung Merapi masih terus terjadi dalam sepekan ini. Berdasarkan pengamatan aktivitas Merapi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), teramati 281 kali guguran lava Merapi selama periode pengamatan pada 14-20 Juli 2023.

Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, ratusan guguran lava tersebut mengarah ke barat hingga selatan. Yakni meliputi satu kali ke hulu Kali Sat/Putih dengan jarak 1.000 meter, dua kali ke hulu Kali Senowo sejauh maksimal 500 meter, delapan kali ke hulu Kali Boyong sejauh maksimal 2.000 meter, dan 270 kali ke hulu Kali Bebeng sejauh 1.800 meter.

"Suara guguran terdengar 34 kali dari Pos (Pengamatan Merapi) Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang," kata Agus, Sabtu (22/7/2023).

Akibat aktivitas guguran lava ini, membuat morfologi kubah barat daya Merapi mengalami perubahan. Sedangkan, kata Agus, untuk kubah tengah tidak teramati adanya perubahan yang signifikan.

"Berdasarkan foto udara pada 24 Juni 2023, volume kubah barat data terukur sebesar 2.465.900 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.346.500 meter kubik," ujarnya.

Terkait dengan aktivitas kegempaan Merapi, dalam sepekan ini tercatat 24 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB). Selain itu, juga 64 kali gempa Fase Banyak (MP), dua kali gempa Frekuensi Rendah (LF), 984 kali gempa Guguran (RF), dan sembilan kali gempa Tektonik (TT).

"Intensitas kegempaan pada pekan ini masih cukup tinggi," ungkap Agus. Sementara itu, untuk deformasi Merapi dalam sepekan terakhir menunjukkan pemendekan jarak tunjam sebesar tiga centimeter per hari berdasarkan pemantauan yang dilakukan menggunakan EDM.

Lebih lanjut, Agus menjelaskan dalam sepekan ini tidak terjadi hujan di Pos Pengamatan Merapi. Pihaknya mengamati tidak ada penambahan aliran maupun lahar dari sungai-sungai yang berhulu di Merapi.

Untuk itu, dari pengamatan yang dilakukan sepekan terakhir, disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi yakni berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas Merapi juga masih ditetapkan dalam tingkat siaga atau level 3.

Dengan begitu, potensi bahaya Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya. Potensi bahaya ini meliputi Kali Boyong sejauh maksimal lima kilometer.

Selain itu juga di Kali Bedog, Kali Krasak, dan Kali Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Namun, di sektor tenggara juga ada potensi bahaya dari aktivitas Merapi yang meliputi Kali Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Kali Gendol sejauh lima kilometer.

"Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak," jelas Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement