Rabu 26 Jul 2023 18:14 WIB

Imam Besar Masjid Istiqlal: Kuantitas Terorisme di Indonesia Terus Menurun

Sejatinya, kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan secara keseluruhan.

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menyampaikan sambutan saat kegiatan pelepasan tamu jamaah haji undangan Raja Salman di Jakarta, Rabu (21/6/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menyampaikan sambutan saat kegiatan pelepasan tamu jamaah haji undangan Raja Salman di Jakarta, Rabu (21/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar mengungkapkan kuantitas aksi terorisme di Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun. Ia memaparkan kuantifikasi garis keras atau kelompok radikal di Indonesia ini tingkat kegiatan radikalismenya itu sangat minim dibandingkan dengan jumlah keseluruhan populasi penduduknya. 

"Di beberapa negara lain, ada yang negara Islam ataupun bukan, ternyata tingkat radikalismenya lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia," ujar Prof Nasaruddin menyambut milad Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ke-13, Rabu (26/7/2023).

Prof Nasaruddin menyatakan bahwa masyarakat Indonesia harus bersyukur karena mereka berada di bawah payung pancasila yang sangat menyejukkan untuk semua golongan yang ada. Kalaupun ada perbedaan pendapat, itu adalah hal yang biasa, selama tidak bertentangan dengan konstitusi dan falsafah bangsa.

"Adanya perbedaan adalah hal yang wajar. Janganlah kita memusuhi orang yang berbeda dengan kita, karena biar bagaimanapun kita ini berasal dari bangsa yang sama," katanya.

Cendekiawan Muslim yang juga menjadi Salah satu Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa khidmat 2022-2027 ini juga menambahkan terkait pendekatan penanggulangan terorisme yang dilakukan. Teknik penanggulangan terorisme dengan hard approach (pendekatan secara keras), di beberapa kejadian memang perlu dilakukan, namun teknik soft approach (pendekatan secara halus) juga tetap diberikan dengan menyesuaikan masing-masing kondisi dan kejadian.

"Sama halnya dengan mendidik anak kita sendiri. Ada anak yang perlu ditegur dengan cara yang keras, ada pula yang bisa dididik dengan cara yang halus. Sejatinya, kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan secara keseluruhan. Alangkah baiknya jika kita bisa melakukan penanggulangan radikalisme dan terorisme dengan cara-cara yang humanis dan berkeIndonesiaan," kata Prof Nasaruddin.

Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta berpendapat bahwa negara-negara di dunia ini perlu berguru terhadap Indonesia, karena Indonesia adalah yang pertama kali berhasil menciptakan dan menjalankan konsep soft approach dalam penanggulangan terorisme. Konsep ini sebenarnya mengadopsi contoh yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam konsistensi melakukan perbuatan baik, walaupun terhadap orang yang zalim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement