Sabtu 05 Aug 2023 08:08 WIB

Kala Hara Festival Angkat dan Kenalkan Kekayaan Rempah di Halmahera Utara

KKN digelar di tiga desa di Halut yakni di Ngidiho, Pitu, dan Gorua Selatan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
KKN digelar di tiga desa di Halut, yakni di Desa Ngidiho, Desa Pitu, dan Desa Gorua Selatan.
Foto: Republika/Silvy Dian Setiawan
KKN digelar di tiga desa di Halut, yakni di Desa Ngidiho, Desa Pitu, dan Desa Gorua Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, HALMAHERA UTARA -- Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) kolaborasi di Halmahera Utara (Halut) mengadakan Kala Hara Festival di Alun-alun yang ada di kawasan Kantor Bupati Halut, Kecamatan Tobelo, Maluku Utara, Kamis (3/8/2023). Festival ini digelar dalam rangka mengangkat dan mengenalkan kekayaan rempah yang ada di Maluku Utara, khususnya di Halut.  

Berbagai inovasi yang sudah dihasilkan dari rempah pun dipamerkan dalam festival ini, termasuk menampilkan kekayaan budaya asal Halut seperti tarian tradisional hingga seni musik. Salah satunya oleh dari pala, mengingat daerah tersebut merupakan daerah penghasil pala, yang mana diolah menjadi berbagai produk makanan.

Baca Juga

Seperti sabun pala, selai pala, nastar pala, sirup pala, hingga permen pala. Pala sendiri menjadi komoditas unggulan di Halut, namun belum dikelola dengan maksimal oleh masyarakat setempat.

"Kita mengapresiasi mahasiswa yang mencoba untuk menyajikan, mengangkat (kekayaan rempah). Ini adalah bagian dari cara kita untuk menggali sesuatu yang baik, mengangkat selama ini yang tidak terangkat menjadi terangkat," kata Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni UGM, Arie Sudjito saat membuka Kala Hara Festival di Alun-alun di kawasan Kantor Bupati Halut, Tobelo, Halut, Maluku Utara, Kamis (3/8/2023).

Arie menyebut, Kala Hara Festival juga menjadi penanda besarnya potensi sumber daya alam khususnya rempah yang dimiliki Maluku Utara, termasuk di Halut. Namun, potensi ini masih belum dimanfaatkan dengan maksimal, dan hanya sekedar dijual kepada tengkulak oleh petani rempah.

"Ini tentu diharapkan menjadi penanda bagi kita bahwa sumber daya yang besar ini harus kita angkat agar publik tahu. Ini optimisme yang ingin kita bangun sebagai daerah rempah dengan sumber daya yang besar," ucap Arie.

KKN kolaborasi ini sendiri dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama dengan pemerintah setempat, dan beberapa perguruan tinggi di Maluku Utara yakni Universitas Khairun (Unkhair) dan Universitas Halmahera (Uniera). KKN digelar di tiga desa di Halut, yakni di Desa Ngidiho, Desa Pitu, dan Desa Gorua Selatan.

KKN kolaborasi ini juga sebagai bahan awal untuk penelitian yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kawasan rempah di Maluku Utara dengan mengedepankan konsep kosmopolis. Peneliti pun diterjunkan dan diharapkan nantinya dapat membangkitkan kembali kejayaan rempah di daerah penghasil rempah tersebut.

"Kita bersyukur juga bahwa kita sudah buat MoU, kedepan UGM dan beberapa universitas disini bekerja sama memperkuat riset (mengembangkan kawasan rempah di Maluku Utara)," ungkapnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Halut, Erasmus Joseph Papilaya mengatakan, Kala Hara Festival ini juga bisa dijadikan momentum untuk lebih fokus terhadap pengembangan kawasan rempah yang ada di Maluku Utara.

"Jadikan momen ini sebagai momen dimana kita concern untuk rempah-rempah yang ada di kitorang Halmahera, karena ada grand design dari kampus UGM untuk pengembangan rempah-rempah yang ada di Halmahera, connecting kuat secara Maluku Utara," kata Erasmus.

Melalui pengembangan kawasan rempah dengan konsep kosmopolis, diharapkan rempah yang ada di Maluku Utara bisa mengangkat kejayaan rempah. Selain itu, juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan pendapatan asli daerah (PAD).  

"Sehingga kita bisa go global mendapat sebuah lisensi, mendapat sebuah paten, sehingga dari unsur-unsur itu PAD kita akan bertambah, dari kita mulai fokus untuk bagaimana rempah-rempah ini kita semakin tata kelola, kita urus dengan baik supaya bermanfaat untuk masyarakat dan UMKM khususnya. Tapi juga bermanfaat bagi kas daerah, ini penting bagaimana kita mengembangkan kosmopolitan," ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, UGM melakukan pengembangan kawasan rempah di daerah penghasil rempah yakni di Maluku Utara dengan mengedepankan konsep kosmopolis. Hal ini diawali dengan dilakukannya program KKN kolaborasi di Kabupaten Halut, Maluku Utara.

Dari KKN kolaborasi ini akan ada pemetaan rempah, yang nantinya dijadikan sebagai bahan awal untuk penelitian. Dengan menerjunkan puluhan peneliti, diharapkan nantinya dapat membangkitkan kembali kejayaan rempah di daerah penghasil rempah tersebut.

"Kita rencananya ingin mengembangkan apa yang namanya kosmopolis Maluku Utara. Itu adalah sebuah diksi yang diusulkan dari UGM untuk complementary terhadap apa yang disebut jalur rempah," kata Direktur Penelitian UGM, Mirwan Ushada di Kantor Bupati Halmahera Utara, Maluku Utara, Kamis (3/8/2023).

Mirwan menjelaskan, ada tiga pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kawasan rempah di Maluku Utara. Mulai dari pendekatan rekonstruksi, pendekatan revitalisasi, dan pendekatan inovasi.

Pendekatan rekonstruksi digunakan dalam rangka menggali nilai lokal dan budaya yang ada di daerah tersebut. Sedangkan, pendekatan revitalisasi digunakan untuk membangkitkan kejayaan rempah, salah satunya dengan memanfaatkan unsur demografis.

"Bonus demografis kita, Kita punya generasi millennial, pemuda, rakyat itu yang kita coba analisis gap antara kejayaan masa lalu dan kekayaan masa kini tentang rempah. Lalu kita inovasi produk rempah apa yang bisa kita kembangkan (dengan pendekatan inovasi)," ucap Mirwan.

Menurutnya, Maluku Utara merupakan ikon provinsi yang lekat dengan rempah. Dari pengembangan yang dilakukan, nantinya juga menjadikan jalur rempah di Maluku Utara untuk meningkatkan sektor pariwisata, termasuk di Halut yang merupakan daerah penghasil pala.  

"Dengan tiga pendekatan tadi, kita bisa masuk, pertama melalui satu titik yaitu pariwisata. Kedua, kita masuk mengenai pengembangan rempah itu sendiri. Ini yang akan kita integrasikan. Teman-teman UGM juga pernah melakukan pengembangan, pernah di Ternate, Tidore, dan sekarang Halmahera Utara. UGM ingin mengembangkan kawasan yang kita sebut rencananya kosmopolis Maluku Utara," ungkapnya.

Selain itu, pengembangan kawasan rempah dengan kosmopolis ini juga dalam rangka mendukung pemerintah dalam pengajuan jalur rempah Maluku Utara menjadi warisan budaya Indonesia ke UNESCO. Saat ini pengajuan ke UNESCO tengah dilakukan pemerintah, dan harapannya dapat didukung dengan penelitian yang dilakukan UGM.

"Rempah itu tasty, healthy, beauty, bukan hanya pengobatan. Ini mendukung pemerintah untuk bukti ilmiah rempah sebagai world heritage UNESCO. Kita membantu dengan bukti ilmiah, dengan publikasi agar mereka jadi lebih mengerti," kata Mirwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement