Kamis 10 Aug 2023 11:24 WIB

Bupati Bantul Tekankan Pentingnya Bangun Budaya Mengolah Sampah

Penanganan sampah ini menyangkut budaya,

Karyawan memilah sampah anorganik di Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (KUPAS) Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta, Rabu (2/5/2023). Ditutupnya TPST Piyungan oleh Pemda DIY tidak berpengaruh bagi warga Panggungharjo, karena memiliki unit pengelolaan secara mandiri. Sampah warga yang masuk KUPAS akan dipilah kembali menjadi beberapa bagian hingga nanti tinggal residu yang tidak bisa diolah lagi. Sedangkan untuk sampah organik dapur warga dari Kelurahan memberikan solusi yakni alat pengolah Ember Tumpuk serta yang terbaru alat Lodong Sisa Dapur (Losida). Sehingga pembuangan sampah sudah mulai dikurangi sejak dari rumah.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Karyawan memilah sampah anorganik di Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah (KUPAS) Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta, Rabu (2/5/2023). Ditutupnya TPST Piyungan oleh Pemda DIY tidak berpengaruh bagi warga Panggungharjo, karena memiliki unit pengelolaan secara mandiri. Sampah warga yang masuk KUPAS akan dipilah kembali menjadi beberapa bagian hingga nanti tinggal residu yang tidak bisa diolah lagi. Sedangkan untuk sampah organik dapur warga dari Kelurahan memberikan solusi yakni alat pengolah Ember Tumpuk serta yang terbaru alat Lodong Sisa Dapur (Losida). Sehingga pembuangan sampah sudah mulai dikurangi sejak dari rumah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pemerintah Kabupaten Bantul di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berupaya membangun budaya mengolah sampah di kalangan warga guna mengatasi masalah sampah di wilayahnya.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengemukakan perlunya perubahan budaya dalam menangani sampah mulai dari tingkat rumah tangga guna mengatasi persoalan sampah.

Baca Juga

"Penanganan sampah ini menyangkut budaya, bukan sekadar anggaran saja, tetapi budaya. Mengubah kebudayaan pengolahan sampah ini ke seluruh individu, bisa dibayangkan betapa beratnya itu," katanya di Bantul, Kamis (10/8/2023).

Dia mengatakan bahwa upaya untuk membangun budaya mengolah sampah akan dimulai dari aparatur sipil negara (ASN). Pemerintah Kabupaten Bantul akan menginstruksikan ASN untuk memilah sampah rumah tangga berdasarkan jenis serta mulai mengolah sampah rumah tangga secara mandiri.

Peraturan mengenai penetapan ASN sebagai panutan dalam kegiatan pemilahan dan pengolahan sampah rumah tangga sedang disiapkan oleh pemerintah daerah.

"Tentu dalam beberapa bulan ke depan itu belum bisa seratus persen perubahan budaya pengolahan sampah ini akan tercapai. Tetapi, kalau kita tidak melakukannya mulai hari ini, maka budaya itu juga tidak akan terbentuk selamanya," kata Abdul.

Dalam upaya membangun budaya memilah dan mengolah sampah rumah tangga, ia mengatakan, pemerintah daerah juga mengimbau warga membuat lubang di tanah atau jugangan untuk menampung sampah organik yang tidak diolah menjadi kompos.

Menurut dia, warga yang tidak punya sisa lahan bisa bersama-sama membuat jugangan komunal atau menyediakan komposter komunal.

​​​​​​"Dibuat jugangan komunal atau komposter komunal di dusun-dusun di tanah kas desa, solusinya hanya itu. Atau bisa juga membeli komposter komunal. Komposter komunal hasilnya adalah kompos, kompos itu bisa digunakan masyarakat sendiri untuk menanam cabai atau sayuran-sayuran yang lain," katanya menjelaskan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement