Jumat 12 Dec 2025 17:02 WIB

Gus Yasin: Bullying di Pesantren tak Boleh Disepelekan

Selama 2019-2025 terdapat puluhan kasus kekerasan di pesantren.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Karta Raharja Ucu
Wakil Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin menghadiri acara halakah bertema
Foto: Dok Pemprov Jateng
Wakil Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin menghadiri acara halakah bertema

REPUBLIKA.CO.ID, DEMAK -- Wakil Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin mengatakan, isu terkait kekerasan dan perundungan di lingkungan pendidikan, termasuk di pondok pesantren, tidak bisa dipandang sebagai hal sepele. Apalagi bentuk bullying tak hanya fisik.

"Bentuk kekerasan itu tidak selalu fisik. Yang paling tinggi justru bullying dan tekanan mental. Ini menimbulkan ketidakpercayaan anak-anak didik kita untuk tumbuh dan menjadi pemimpin,” kata Gus Yasin saat menghadiri acara halakah bertema "Pesantren Aman, Nyaman, dan Ramah Anak" yang digelar di Pondok Pesantren Girikesumo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jumat (12/12/2025). 

Menurut Gus Yasin, sejak 2019 hingga 2025, terdapat puluhan kasus kekerasan di lingkungan pesantren. Namun dia menilai, hal itu belum mencerminkan kondisi sesungguhnya. Gus Yasin menduga, jumlah kasus bisa lebih tinggi dibandingkan yang telah tercatat. 

"Sering kali santri berasumsi, kalau mereka bicara, harus menjaga nama pesantren dan kiai, sehingga tidak berani menyampaikan (kasus kekerasan),” ujar Gus Yasin.

Dia menekankan, pondok pesantren sejatinya merupakan lembaga pendidikan yang bersifat inklusif. Karena itu, pesantren harus menjadi ruang aman bagi seluruh santri, termasuk mereka yang sedang menghadapi persoalan psikologis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement