REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Budayawan Gabriel Possenti Sindhunata atau yang akrab disapa Romo Sindhu tak menyangka putri Presiden Pertama RI Soekarno, Megawati Soekarnoputri, mau datang untuk meresmikan patung Soekarno di Rumah Budaya Oemah Petruk, Karang Klethan, Hargo Binangun, Pakem, Sleman, DIY, Rabu (23/8/2023). Dalam sambutannya ia menjelaskan makna patung tersebut.
"Tampak pada patung itu tangan Bung Karno menunjuk ke Sang Saka Merah Putih, itulah peringatan dari Bapak Pendiri Bangsa, bendera Merah Putih lambang NKRI ini hendaknya kita bela sampai mati," kata Romo Sindhu.
Lebih lanjut dijelaskan telunjuk yang kuat itu memperingatkan kepada bangsa Indonesia untuk terus setia pada Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
"Karena itu dasar negara itu harus terus kokoh dan keras berdiri, untuk menegaskan kekokohan itu, kami memahatkan lima butir Pancasila pada kelima batu dari Gunung Merapi, lalu kami letakkan kelima patung Pancasila itu di sekitar patung Bung Karno," tegasnya.
Patung Soekarno tersebut juga terlihat berdiri di atas batu besar yang berasal dari Gunung Merapi yang ada di Kali Boyong di lereng Omah Petroek pada saat erupsi Merapi pada 2010 lalu. Romo Sindhu kemudian menerangkan terkait pernyataan pakar geologi Mbah Surono yang mengatakan Gunung Merapi sudah ada sebelum manusia ada.
"Bagi kami, Gunung Merapi itu, batu Merapi itu lalu mempunyai makna kepurbaan dan keabadian. Sekarang, patung Bung Karno sebagai penggali Pancasila, berdiri di atas batu Merapi tersebut, ini adalah lambang seperti batu Merapi itu adalah kepurbaan dan keabadian, demikianlah pula Pancasila adalah sebuah kepurbaan dan keabadian," ungkap dia.
Romo Sindhu juga mengatakan batu yang menyimpulkan kekokohan dan keabadian Pancasila juga membawa pada pendirian Bung Karno bahwa Pancasila adalah filosofische grondslag atau landasan filosofis yang di atasnya didirikan bangunan Indonesia merdeka kekal dan abadi.
Menurutnya Pancasila merupakan wawasan ke depan yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun yang menghalanginya. "Maka doktrin apa pun juga doktrin agama, tak boleh melukai Pancasila, karena dengan melukainya, itu sama saja dengan melukai perasaan bangsa," katanya.