Kamis 24 Aug 2023 21:27 WIB

Politisi PKS: Koalisi Perubahan Memang Hati-Hati Pilih Cawapres

internal Koalisi Perubahan masih terus melaksanakan penjajakan memantapkan jalan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
 Anggota Komisi III DPR Nasir Djamil menyebut langkah Jaksa Penuntut Umum (JPU) mengajukan banding terhadap putusan hakim dalam kasus AG (15) dalam kasus penganiayaan oleh anak pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan Mario Dandy Satriyo (20) terhadap David (17) sesuai prosedur hukum yang harus dilakukan.
Foto: Dok DPR RI
Anggota Komisi III DPR Nasir Djamil menyebut langkah Jaksa Penuntut Umum (JPU) mengajukan banding terhadap putusan hakim dalam kasus AG (15) dalam kasus penganiayaan oleh anak pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan Mario Dandy Satriyo (20) terhadap David (17) sesuai prosedur hukum yang harus dilakukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi PKS, Nasir Djamil mengatakan, Koalisi Perubahan sampai saat ini memang masih terus membangun komunikasi untuk posisi cawapres. Ia menekankan, mereka memang harus hati-hati dalam memilih.

Ia menegaskan, internal Koalisi Perubahan masih terus melaksanakan penjajakan memantapkan jalan. Sebab, Nasir mengingatkan, yang mau direbut kekuasaan dan tentu pembicaraan itu akan berlangsung alot.

Baca Juga

Belum lagi, lanjut Nasir, melihat negosiasi demi negosiasi yang terjadi antara partai-partai yang ada dalam Koalisi Perubahan. Sebab, antara satu partai dengan partai lain memiliki keinginannya masing-masing.

"Ini sesuatu yang alot, sehingga memang harus hati-hati, memang untuk kami di Koalisi Perubahan seperti mengambil sehelai rambut di tumpukan tepung, pelan-pelan mengambilnya, sehingga tepung tidak berantakan," kata Nasir, Kamis (24/8/2023).

Anggota MPR RI dari Fraksi PKS itu turut memaknai silaturahmi antar ketua umum partai politik sebagai sesuatu yang positif. Hal itu dirasa sebagai salah satu ikhtiar membangun kesejukan dalam dinamika politik.

Tujuannya, lanjut Nasir, tidak lain menjadikan agenda politik seperti pilpres-pilpres ke depan nanti sebagai kontestasi yang jauh lebih baik. Tidak lagi seperti pelaksanaan Pilpres 2014 atau Pilpres 2019 lalu.

Ia mengingatkan, Pilpres 2014 maupun 2019 memiliki catatan hitam mulai dari tudingan-tudingan makar, bahkan sampai ada korban-korban jatuh yang berasal dari petugas-petugas TPS. Semua itu dirasa tidak boleh terjadi.

"Kalau lihat dari situasi hari ini tidak akan terjadi polarisasi atau insiden-insiden yang menakutkan ketika Pileg atau Pilpres 2014-2019," ujar Nasir.

Nasir berharap, semua capres yang akan berkontestasi dalam Pilpres 2024 nanti mendapatkan pasangan cawapres yang ideal. Jangan sampai ada capres yang tidak bisa maju karena terhalang ini dan itu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement