Jumat 08 Sep 2023 18:04 WIB

Mengulik Fenomena Karnaval Sound System di Malang, Awal Mula Hingga Sambutan Warga

Kegiatan tersebut kerap dilaksanakan secara besar-besaran.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah kendaraan mengusung peralatan sound system berkonvoi (ilustrasi)
Foto: Antara/Anis Efizudin
Sejumlah kendaraan mengusung peralatan sound system berkonvoi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pawai atau karnaval sound system telah cukup masif dilakukan di sejumlah daerah di Jawa Timur (Jatim) terutama Kabupaten Malang. Pawai ini dikenal dengan penampilan sound system yang suaranya cukup besar.

Terkait fenomena tersebut, dosen antropologi Universitas Brawijaya (UB), Franciscus Apriwan, pun memberikan pandangannya. Pria disapa Iwan ini menilai fenomena ini sebagai gejala baru yang belum terlalu lama.

"Jadi ketika pandemi Covid-19 lalu sekarang sudah tidak ada pandemi lagi, rasanya euforia ini tumpah ruah ke jalanan dengan sound system," jelasnya saat dikonfirmasi Republika.

Saat itu, masyarakat seperti memiliki kerinduan untuk menyelenggarakan acara yang besar-besaran setelah pandemi Covid-19. Hal ini ditujukan agar acara tersebut dapat dinikmati bersama dengan masyarakat luas. 

Hingga akhirnya dibuktikan dengan banyaknya karnaval yang meramaikan sudut-sudut jalanan dengan sound system. Tidak hanya itu, antusiasme warga juga sangat besar. 

Itu artinya fenomena karnaval sound system memiliki keterkaitan erat dengan antusiasme warga. Penyambutan yang baik itu pun mendorong kegiatan tersebut dilaksanakan secara besar-besaran.

Berdasarkan sudut pandang antropologi, kata dia, banyak hal yang beradaptasi dan berevolusi. Dalam hal ini termasuk masalah sound system di masyarakat Kabupaten Malang.

Menurut dia, sesuatu hal bisa semakin besar dan kecil bergantung pada komunitasnya. Kalau ada penerimaan dari warga, maka kebutuhan sound system semakin terakomodasi.

Lalu jika warga mulai merasa terganggu dan tidak suka lagi, maka suatu saat ada seleksi berikutnya. "Tetapi saat ini antusiasme warga masih sangat dominan hingga akhirnya ada kontestasi sound system yang semakin digemari," ujar dia.

Di sisi lain, dia tidak menampik, kegemaran masyarakat untuk mendengarkan musik melalui sound system sebenarnya sudah ada sejak dahulu. Namun tingkatannya masih kecil hingga sedang seperti dalam acara hiburan di hajatan.

Kemudian hal ini lambat-laun memuncak hingga munculnya pawai atau karnaval yang tingkatannya lebih besar. Merujuk pada hal itu, maka dia menilai pemerintah juga perlu mempertimbangkan ini sebelum membuat aturan.

Artinya, pemerintah setempat perlu mengupayakan bagaimana kebiasaan itu tidak menganggu kehidupan bertetangga dan masyarakat juga.

Sebelumnya, Polres Malang telah melarang dan tidak akan memberikan izin atas pelaksanaan karnaval sound system. Jika pelaksana tidak mengindahkan hal tersebut, maka akan mendapatkan sanksi.

Untuk sementara sanksi yang diberikan masih berupa penyitaan barang. Sebagaimana diketahui, karnaval sound system di Kabupaten Malang telah mendapatkan sorotan publik.

Pasalnya, kejadian ini mengakibatkan beberapa rumah dan jembatan terpaksa dirusakkan agar mobil pembawa sound system dapat lewat. Terbaru, seorang lansia diduga meninggal setelah mendengar dan menghadiri acara tersebut di Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement