Senin 11 Sep 2023 19:57 WIB

Makam Kapitan Tionghoa Tertua di Lasem Ditemukan

Makam ini sudah retak di beberapa bagian, namun masih bisa diidentifikasi.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Sejumlah pegiat makam kuno Lasem bersama relawan Yayasan Lasem Heritage (YLH) membersihkan Obyek Diduga Cagar Budaya (ODCB) berupa struktur makam kuno Kapitan Tionghoa di atas lahan bengkok Desa Sumbergirang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang Jawa Tengah, akhir pekan kemarin. Makam seorang pejabat Tionghoa Lasem bergelar Kapitan dengan nama Li Heng Yi ini merupakan makam Kapitan Tionghoa tertua yang pernah ditemukan di Lasem.
Foto: Yayasan Lasem Heritage
Sejumlah pegiat makam kuno Lasem bersama relawan Yayasan Lasem Heritage (YLH) membersihkan Obyek Diduga Cagar Budaya (ODCB) berupa struktur makam kuno Kapitan Tionghoa di atas lahan bengkok Desa Sumbergirang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang Jawa Tengah, akhir pekan kemarin. Makam seorang pejabat Tionghoa Lasem bergelar Kapitan dengan nama Li Heng Yi ini merupakan makam Kapitan Tionghoa tertua yang pernah ditemukan di Lasem.

REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Sebuah makam kuno yang ditengarai merupakan makam Kapitan (petinggi masyarakat Tionghoa) tertua, di Lasem, Kabupaten Rembang ditemukan oleh pegiat makam kuno Lasem bersama Yayasan Lasem Heritage (YLH).

Makam ini ditemukan di atas lahan tanah bengkok Desa Sumbergirang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Tepatnya di sebelah timur Pondok Pesantren (Ponpes) As Sholatiyah, Pandeyan, Sumbergirang.

Meskipun struktur makam kuno ini kondisinya telah banyak tertutup oleh semak- semak yang rimbun, di antara lahan persawahan, dan bongpai (nisan) dari makam ini sudah retak di beberapa bagian, namun masih bisa diidentifikasi.

Ihwal penemuan Obyek Diduga Cagar Budaya (ODCB) berupa makam kapitan Tionghoa tertua ini diungkapkan, oleh Peneliti Budaya Tionghoa Lasem, Agni Malagina kepada Republika.

Menurutnya, struktur makam kuno ini ditemukan oleh salah satu pegiat makam kuno Lasem, El Mahdi, pada Sabtu (9/9) kemarin. Saat itu ia tengah memandu seorang fotografer yang akan mengeksplorasi situs Gebang.

"Namun sebelum ke situs Gebang mereka menyempatkan diri untuk menelisik rerimbunan di kawasan persawahan Desa Sumbergirang," ungkapnya, Senin (11/9/2023).

Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, kata Agni, bongpai dari struktur makam tersebut merupakan nisan seorang pejabat Tionghoa Lasem bergelar Kapitan dengan nama Li Heng Yi (Hokkian: Lie Heng Ie).

Dari tulisan bongpai tersebut terungkap, Kapitan Li Heng Yi berasal dari kampunya Jing Yi, julukan lama dari Nanjing, yang terletak di Zhangzhou, Provinsi Fujian, Tiongkok. Nisan tersebut dibuat pada tahun pertama Pemerintahan Kaisar Daoguang yaitu tahun 1820/1821.

Istrinya bernama Su Rou Fan (Mandarin), bergelar bangsawan Taigongren yang biasanya merupakan gelar untuk  ibu atau nenek dari pejabat tingkat keempat pada masa Kekaisaran Qing.

Masih dari dari penelitian bongpai tersebut, juga terungkap tiga nama anak (Mandarin: Qi/Ji Jin, Zhong Er dan Shu Lin) serta satu cucu (Mandarin: Run Ze).

"Sejauh yang saya tahu, ini adalah makam Kapitan tertua di Lasem yang pernah kami temukan bersama- sama para pegiat makam kuno Lasem," ungkap Agni, yang dua tahun terakhir melakukan pendataan Epigrafi Tionghoa di Lasem.

Hingga saat ini, ia bersama YLH telah menemukan setidaknya enam makam pejabat Tionghoa Lasem yang namanya terdaftar dalam Almanak van Nederlandsch Indie dan Regeerings Almanak, mulai tahun 1815 hingga 1942.

Catatan tertua Almanak Belanda adalah Liem Kisiong, Kapitan dari Keluarga Rumah Lawang Ombo tahun 1837. Sejauh ini belum ada nama Kapitan Tionghoa Lasem yang lebih tua dari Liem Kisiong 1837.

Penemuan Nisan Kapitan Lie ini, masih kata Agni, telah membuka fakta baru bahwa ada Kapitan lain yang diperkirakan menjabat mulai akhir abad 18 hingga awal abad 19, namun namanya tidak tercatat dalam catatan resmi Belanda.

Ia pun menduga, kemungkinan masih ada nama kapitan lainnya yang secara literasi belum ditemukan sumbernya di Lasem selain dari sumber Almanak. "Catatan Tionghoa Lasem mayoritas telah hilang atau dihilangkan dengan berbagai alasan, terutama pada tahun 1965,” jelas Agni.

Lebih lanjut Agni menambahkan bahwa pelindungan ODCB sangat diperlukan. Struktur makam ODCB Kapitan Lasem tertua ini memiliki nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan.

"Alur pelestarian harus kita perhatikan dari pelindungan, pengembangan, pemanfaatan. Pelindungan struktur Cagar Budaya itu utama, jangan langsung melompat untuk pemanfaatan bidang pariwisata,"' katanya.

Sementara El Mahdi menuturkan, penemuan ini berdasarkan ingatan masa kecilnya. Ia mengaku saat masih kecil, kalau pulang sekolah mandi di sungai lalu duduk- duduk di makam yang hanya bersiri sendirian tersebut. Karena masa kecilnya sekolah di Ponpes As Sholatiyah, Sumbergirang.  

Terakhir melihat makam tersebut 40 tahun silam. “Ternyata struktur makamnya masih utuh dan tetap berada di tempatnya, walaupun bongpainya retak dan tertutup oleh semak belukar,” kata pria yang akrab disapa Kohlam ini.

Sementara itu, Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Rembang, Retna Dyah Radityawati mengapreasi penemuan tersebut. Temuan baru ini semakin menambah khasanah sejarah panjang Lasem, terutama tokoh-tokohnya.

"Akan kami data dan inventarisir sebagai ODCB dan segera menindaklanjuti dengan laporan, supaya ada kajian dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah X," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement