Oleh: Prof Ema Utami*
REPUBLIKA.CO.ID, September merupakan bulan dimulainya perkuliahan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2023/2024 untuk sebagian Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Beberapa PT ada yang telah memulai perkuliahan pada Agustus lalu.
Demikian pula terdapat beberapa PT di luar negeri yang mengawali tahun ajaran di bulan Agustus dan sebagian lainnya di bulan September. Seperti di Ghent University tempat Naufal Rasendriya Apta Raharema, anak pertama kami melanjutkan studi tingkat master yang memulai perkuliahan juga pada September tahun ini.
Besok Kamis, 14 September 2023 merupakan hari keberangkatan Naufal menuju ke Ghent, kota terbesar ketiga setelah Brussel dan Antwerp di Belgia yang juga dikenal sebagai kota pelabuhan, universitas, dan bangunan dengan arsitektur abad pertengahan.
Proses Naufal melanjutkan studi ini mengingatkan kembali pada memori saat saya memutuskan untuk mengambil studi S2 Ilmu Komputer UGM di 2000. Setelah lulus S1 Ilmu Komputer UGM pada 1997, saya kemudian bekerja di Jamsostek (Persero) di Jakarta sebelum akhirnya kembali ke Yogyakarta dan mulai bekerja sebagai dosen di Amikom Yogyakarta pada 1998 yang pada waktu itu masih berbentuk Akademi.
Naufal yang lulus S1 Program IUP Hubungan Internasional UGM pada 2021 dan sempat bekerja di beberapa think tank, telah menumbuhkan keinginan untuk belajar lebih mengenai pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada tingkat Magister ke luar negeri, yaitu Master of Science in Conflict and Development Studies di Ghent University.
Universitas yang dituju, program studi yang dipilih, dan pembiayaan kuliah merupakan beberapa perbedaan diantara kami dalam proses studi lanjut. Kemajuan teknologi tidak dimungkiri memberikan banyak dukungan dalam proses melanjutkan studi di masa kini. Kemudahan mendapatkan berbagai informasi pada saat ini, seperti tentang universitas, program studi, maupun beasiswa untuk pendanaan kuliah sangat didukung dengan adanya kemajuan teknologi.
Seperti yang saya dapatkan dari pengalaman saat mengikuti proses Naufal mendapatkan Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP untuk Program Magister Luar Negeri. Adanya berbagai informasi yang mudah diakses tersebut tentu semakin memudahkan dalam membuat jadwal dan tahapan-tahapan yang lebih baik dalam rencana studi lanjut.
Persiapan diri untuk mendapatkan nilai IELTS (International English Language Testing System), nilai bakat skolastik, atau nilai lainnya yang disyaratkan untuk mendapatkan beasiswa atau masuk suatu universitas sangat terbantu dengan adanya kemajuan teknologi.
Demikian pula kemudahan untuk berbagi pengalaman, khususnya dari mereka yang telah atau sedang studi lanjut, dengan berbagai platform teknologi sangat membantu dalam memberikan banyak informasi. Hal tersebut juga saya rasakan saat mengikuti proses yang dilakukan oleh Naufal dalam mengikuti berbagai kegiatan setelah lolos seleksi mendapatkan beasiswa dari LPDP untuk pembiayaan studi lanjutnya.
Penggunaan video conference, media sosial, dan berbagai aplikasi berbasis teknologi lainnya sangat kental digunakan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh LPDP. Salah satunya adalah tampak dalam program kegiatan pembekalan wajib bagi penerima beasiswa LPDP yang disebut dengan Persiapan Keberangkatan (PK).
Naufal yang tergabung dalam PK angkatan 213 mengusung tema Memancar dari Bumi, Meluas Hingga Cakrawala. Tujuan dari PK sendiri adalah menanamkan wawasan kebangsaan, memberikan bekal soft skill, karakter kepemimpinan, dan yang pasti untuk saling lebih mengenal antar peserta.
Banyak cerita yang disampaikan dari acara tersebut, salah satunya adalah bagaimana lika-liku mendapatkan beasiswa LPDP yang cukup beragam dari berbagai peserta. Acara yang dilaksanakan selama satu pekan di Jakarta itu, menurut Naufal telah memberikan banyak manfaat, khususnya untuk persiapan studi lanjut yang segera akan dijalani.
Banyak bekal yang tentu harus disiapkan, khususnya bagi mereka yang akan melanjutkan studi lanjut ke luar negeri. Persiapan tempat tinggal, dokumen untuk perkuliahan, pakaian, obat-obatan pribadi, dan kelengkapan lain selama studi di luar negeri sudah barang tentu menjadi keharusan.
Demikian pula dipastikan akan banyak proses yang tentu harus dijalani dan dilalui selama studi nanti. Semua itu akan menjadi sebuah pengalaman berharga bagi semua yang menjalani.
Ayat ke-96 dari Surat Al-Kahfi mengingatkan kita pada perlunya persiapan dan menjalani suatu proses, “Berilah aku potongan-potongan besi!" Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulkarnain) berkata, "Tiuplah (api itu)!" Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu)."” Wallahu a’lam.
*Wakil Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Amikom Yogyakarta