REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menerima sejumlah rekomendasi ditetapkannya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Setidaknya, ada tujuh catatan rekomendasi dari penilai ICOMOS yang harus diperhatikan DIY ketika UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya dunia.
Penetapan ini dilakukan dalam Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committee (WHC) di Riyadh Arab Saudi, Senin (18/9/2023) lalu. Dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO, Sumbu Filosofi Yogyakarta bertajuk lengkap the Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks.
"Ada tujuh catatan rekomendasi dari penilai ICOMOS yang harus diperhatikan pelaksanaannya," kata Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi.
Dian menyebut bahwa delegasi Indonesia yang hadir dalam sidang tersebut akan langsung melaporkan kepada Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X terkait dengan rekomendasi tersebut.
"Besok pulang sesuai arahan Pak Gubernur, kami segera melapor ke beliau," ujar Dian.
Sementara, Sultan juga menyebut masih menunggu laporan dari tim delegasi Indonesia terkait rekomendasi yang diberikan ICOMOS ketika Sumbu Filosofi Yogyakarta ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Sumbu Filosofi ini merupakan warisan dunia ke-10 dari Indonesia yang diakui UNESCO.
Sepuluh warisan dunia tersebut terdiri atas lima warisan budaya dan lima lainnya merupakan warisan alam. "Kami akan melaksanakan rekomendasi yang ada sebagai salah satu konsekuensi (ditetapkannya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai salah satu warisan budaya dunia)," kata Sultan.
Meski masih menunggu catatan rekomendasi, Sultan menyebut bahwa satu rekomendasi yang pasti sudah disampaikan yakni mengembalikan fasad Benteng Keraton ke bentuk aslinya. Rekomendasi tersebut sudah disampaikan ketika tim penilai datang ke DIY beberapa waktu lalu untuk mengunjungi Sumbu Filosofi Yogyakarta.
Dengan begitu, revitalisasi Benteng Keraton pun harus dilakukan untuk mengembalikan bentuk asli Beteng Keraton sebagai bagian dari Sumbu Filosofi Yogyakarta. Meski, revitalisasi tersebut sudah berjalan, dan saat ini terus berjalan.
"Catatan (rekomendasi) yang sudah pasti disampaikan kepada kami, Beteng (keraton) harus kembali," ungkap Sultan.
Sultan menyebut bahwa pada 2024 nanti pihaknya akan mengosongkan area dalam Beteng Keratan atau yang disebut dengan Jeron Beteng. Pasalnya, banyak bangunan warga yang dibangun menempel dengan dinding Beteng Keraton, hingga menyebabkan kerusakan pada Beteng keraton itu sendiri.
"Kami sudah membangun kembali, tapi mungkin 2024 ini akan mengosongkan yang ada di dalam (Jeron Beteng). Ini salah satu catatan yang mungkin nanti secara resmi akan menjadi rekomendasi dengan diterimanya Filosofi Yogya ini sebagai bagian dari dunia," kata Sultan.
Pengosongan kawasan Jeron Beteng yang dimaksud yakni dengan membebaskan warga yang bangunan rumahnya menempel di kawasan Beteng Keraton atau ngindung. Dengan begitu, warga yang bangunan rumahnya menempel akan dilakukan relokasi untuk mendukung revitalisasi yang dilakukan dalam rangka mengembalikan bentuk semula dari Beteng Keraton.
"(Bukan berarti) membangun (di area) itu tidak boleh, bukan (seperti itu). Nanti tidak boleh lagi orang bangun di kawasan itu, boleh (saja). Tetap boleh, hanya masalahnya bagaimana yang sudah ada dan sebagainya yang dianggap itu bagian dari Sumbu Filosofi itu harus dijaga," ujarnya.
Revitalisasi Benteng Keraton sendiri sudah dilakukan di beberapa titik, dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2024 nanti. Meski demikian, Sultan menyebut agar warga yang ada di kawasan Jeron Beteng tidak khawatir.
Sebab, pihaknya juga menyiapkan ganti untung yang sesuai bagi warga yang dilakukan relokasi. Meski, warga yang tinggal di area dalam Beteng Keraton tersebut tidak memiliki sertifikat kepemilikan tanah yang sah, mengingat kepemilikannya merupakan milik Keraton Yogyakarta.
"Asal beli tanahnya bukan semuanya sendiri, tapi menyejahterakan masyarakat bisa lebih punya rumah yang lebih besar (dari ganti untung yang diberikan) kan juga tidak ada masalah," kata Sultan.
Sultan juga mencontohkan terkait pembebasan tanah yang dilakukan untuk pembangunan jalan tol di DIY. Dalam proses pembebasan tanah, juga diberikan ganti untung kepada warga yang cukup besar, sehingga tidak ada masalah yang terjadi usai pembebasan tanah dilakukan.
"Yang penting itu bagaimana masyarakat itu bukan makin miskin setelah dikosongkan, tapi justru makin sejahtera, kan tidak mungkin tidak akan mau. Seperti tol juga begitu, kami juga tidak ada hambatan untuk tol kalau harganya (ganti untungnya) jauh lebih bagus dari yang diperkirakan, sama saja (dengan Jeron Beteng)," kata Sultan.