Selasa 26 Sep 2023 21:16 WIB

Sambangi Polsek Gatak, Keluarga Dosen UIN Solo Korban Pembunuhan Minta Keadilan

Kasus pembunuhan almarhumah Wahyu Dian Silviani harus diusut tuntas.

Keluarga korban kasus pembunuhan dosen UIN Solo sambangi Polsek Gatak bersama pengacara untuk meminta keadilan, Selasa (16/9/2023).
Foto: Muhammad Noor Alfian
Keluarga korban kasus pembunuhan dosen UIN Solo sambangi Polsek Gatak bersama pengacara untuk meminta keadilan, Selasa (16/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Keluarga dosen UIN Raden Mas Said (RMS) Solo yang menjadi korban pembunuhan menyambangi Polsek Gatak untuk menuntut keadilan. Mereka adalah Prof Moh Hasil Tamzil bersama istri, Abdiah, yang terbang jauh-jauh dari Mataram ke Sukoharjo.

Usai bertemu polisi di Polsek Gatak, Tamzil meminta agar kasus pembunuhan anaknya diusut tuntas. "Kami sebagai orang tua dan keluarga, semoga keadilan benar-benar berpihak kepada kami. Keadilan itu dapat kami rasakan. Artinya tuntas, jangan sampai persoalan ini selesai hanya sampai pembunuh sudah ditangkap, tapi juga di balik itu," kata Tamzil, Selasa (26/8/2023).

Sementara itu, Abdiah sebagai ibu korban, mengaku tidak terima atas motif pembunuhan yang menimpa anaknya. Pasalnya, anaknya sudah menjadi korban dan menerima fitnah dari pelaku.

Pihaknya juga mempertanyakan soal keterangan pelaku yang dijadikan dasar merujuk pasal 340 KUHP terkait pembunuhan berencana. "Caci maki (dari korban) itu tidak pernah ada, makian korban itu tidak pernah ada. Karena pada Senin tanggal 21 Agustus 2023 (waktu di mana pelaku mengaku menerima cacian) itu korban, Mbak Wahyu, ada seminar di kampus dan biasanya dia berangkat kerja antara pukul 07.30 sampai 08.00, apalagi kalau ada acara pasti dia lebih pagi lagi," kata Abdiah

Menurut dia, anaknya tidak pernah berkata kasar, tidak pernah menyakiti dan selalu menurut sama orang tua. Setiap hari memberikan makanan dan minuman ke tukang meskipun mereka dibayar dengan sistem borongan lepas.

"Saya selalu ingatkan Mbak Dian, 'Ini musim panas belikan tukangnya makanan dan minuman'. Apa yang saya kasih tahu ditunaikan sama dia," ujarnya.

Selain itu, pihaknya menjelaskan dari informasi teman satu kampus korban, anaknya tidak mungkin bertemu dengan pelaku pada hari dimana ia dicaci maki. Pasalnya, ia berada di kampus pada saat itu.

"Bukti bahwa Mbak Dian pada hari itu tidak di lokasi ada saksi hidup teman-temannya, juga CCTV, ini yang kami minta sebenarnya dari pihak kampus, tapi belum dikasih. Kami akan berkirim surat ke kampus. Mbak Dian kampus pada saat itu, dan tidak bertemu pelaku," kata dia.

Sementara itu, pengacara keluarga korban, Gema Akhmad Muzakir mengatakan, kasus pembunuhan almarhumah Wahyu Dian Silviani harus diusut tuntas. Apalagi almarhum adalah sosok pendidik.

"Karena kan betul-betul menusuk hati keluarga yang ada di Lombok. Kami jauh-jauh datang ke Solo ini untuk menyampaikan pesan ini kepada kepolisian untuk serius," ungkapnya.

"Karena ini menyangkut kematian nyawa orang, dan nyawa orang ini bukan orang pinggiran dan betul-betul nyawa pendidik dan berpendidikan, bukan orang yang ditemukan di kolong jembatan," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement