REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Problem lingkungan yang akut, hingga berampak pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat tengah dihadapi warga di kepualauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Hal ini bermula sejak tambak- tambak budi daya udang Vaname datang dan belakangan kian menjamur di kawasan kepulauan, yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan, di Provinsi Jawa Tengah tersebut.
Keberadaan tambak - tambak udang kian lama semakin menggerus daya dukung lingkungan di Karimunjawa, merusak ekosistem dan mengancam biota laut. Hingga akhirnya menyingkirkan warga yang sehari - hari mengandalkan nafkah dan penghidupan dari sumber daya laut.
Belakangan juga semakin mengancam keindahan alam bawah laut di kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Pelan tapi pasti, kehidupan dan keindahan bawah laut di Karimunjawa bakal hilang jika taktivitas ambak- tambak udang masih dibiarkan.
Hal ini diungkapkan Koordinator Lingkar Juang Karimunjawa (LINGKAR), Bambang Zakariya, di hadapan rombongan Komisi II DPR RI, yang sedang melakukan kunjungan kerja spsifik di kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jawa Tengah, di Semarang, Jumat (29/9).
Menurutnya, apa yang terjadi di Karimunjawa --hari ini-- adalah kerusakan lingkungan yang luar biasa dan masyarakat hanya bisa "berteriak" karena semakin terdampak.
Rumput laut yang dulu menjadi sandaran ekonomi warga Karimunjawa, sekarang hancur. Ikan teri yang dulu sangat melimpah, sekarang ini tidak ada lagi karena air laut semakin banyak limbah.
“Kami tidak menuduh, tetapi sejak ada tambak udang, semua hancur di Karimunjawa. Masyarakat ‘menangis’, untuk sekolah pun sekarang tidak ada biaya karena perekonomian warga sangat terdampak,” jelasnya.
Kami, lajutnya, juga bersyukur diberi karunia alam yang luar biasa indah di Karimunjawa, Alhamdulillah kegiatan usaha pariwisata juga mampu menjadi sumber ekonomi warga. Karena banyak orang kaya yang membelanjakan duitnya selama berwisata di Karimunjawa.
Dalam sepuluh hari saja, uang miliaran rupiah dihamburkan oleh wisatawan. “Tetapi apa yang terjadi sekarang, wisatawan komplain kepada kami, apa ini (banyak kerusakan lingkungan dan keindahan bawah laut),” tegasnya.
Pria yang akrab disapa ‘Bang Jack’ ini juga menyampaikan, kerusakan di Karimunjawa ini sudah terjadi sejak tahun 2017 namun masih saja ‘dibiarkan’ hingga sekarang oleh para pemangku kebijakan.
Maka cara adat harus dilakukan, karena ke mana lagi warga harus mengadu, masyarakat juga tidak tahu. “Maka, tolong kepada wakil kami di DPR RI, lihat apa yang sekarang terjadi di Karimunjawa,” ungkapnya.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Yanuar Prihatin menegaskan, kepentingan masyarakat Karimunjawa harus dilindungi. Apakah itu nelayan, budidaya rumput laut dan sebagainya.
Maka ia juga sepakat akan membawa persoalan di Karimunjawa ini untuk dibahas di tingkat parlemen pusat. “Insya Allah, kami akan membahas persoalan ini di jakarta dan kami juga akan meninjau ke lokasi,” ungkap legislator PKB ini.