REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta menyebut ada peningkatan kasus leptospirosis pada 2023 ini. Setidaknya sudah ditemukan puluhan kasus leptospirosis sejak Januari hingga Oktober 2023.
Kepala Dinkes Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani mengatakan, pihaknya mencatat ada 22 kasus leptospirosis hingga Oktober 2023 ini. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan kasus yang ditemukan selama 2022, yakni 16 kasus, dengan dua kasus di antaranya meninggal dunia.
Penyakit ini disebabkan karena bakteri Leptospira interrogans. Emma menuturkan, penderita leptospirosis di Kota Yogyakarta rata-rata karena kurang memperhatikan kebersihan lingkungan.
"Rata-rata pemilik rumah yang menderita leptospirosis ini dekat dengan sawah, banyak beraktivitas mengolah sampah, ataupun jarang memperhatikan kebersihan genangan air," kata Emma di kompleks Balai Kota Yogyakarta, Rabu (25/10/2023).
Emma pun menjelaskan gejala-gejala yang dapat dialami terkait penyakit leptospirosis ini. Mulai dari sakit kepala, suhu tubuh tinggi, nyeri otot, badan menjadi lemas, hingga mata memerah.
Jika ada yang mengalami gejala-gejala tersebut, diminta untuk segera ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Hal ini dilakukan agar masyarakat yang terjangkit leptospirosis dapat tertangani dengan cepat.
Selain itu, Emma juga menuturkan jika terjadi kegawatdaruratan, warga khususnya di Kota Yogyakarta ataupun wisatawan bisa segera menghubungi public safety center (PSC) di 119. PSC ini, katanya, dapat diakses selama 24 jam dan tercover oleh Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) selama lokasi kejadian di Kota Yogyakarta.
“Jika terjadi kegawatdaruratan bisa menghubungi PSC di 119, semua akan tercover Jamkesda. Upaya ini kita lakukan bukan hanya melindungi warga Kota Yogyakarta saja, tetapi juga melindungi wisatawan di Kota Yogyakarta saat terjadi kecelakaan maupun kegawatdaruratan lainnya,” ujar Emma.