Sabtu 25 Nov 2023 15:45 WIB

'Ribuan Masjid Muhammadiyah Masih Tertidur, Harus Dibangkitkan'

Ustaz Kusnadi berkeinginan untuk mengembalikan fungsi masjid zaman Rasulullah.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fernan Rahadi
Ustaz Kusnadi dalam talkshow Ekonomi Berbasis Masjid dalam Muhammadiyah Jogja Expo 2023 dengan tema Sudah Saatnya Menutup Kotak Infak dan Membuka Amal Usaha di Jogja Expo Center, Jumat (24/11/2023).
Foto: Republika/Idealisa Masyrafina
Ustaz Kusnadi dalam talkshow Ekonomi Berbasis Masjid dalam Muhammadiyah Jogja Expo 2023 dengan tema Sudah Saatnya Menutup Kotak Infak dan Membuka Amal Usaha di Jogja Expo Center, Jumat (24/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bangkitnya ekonomi masjid harus bermula dari keseriusan takmir masjid dalam mengelola masjid. Menurut Takmir Masjid Al Falah Sragen, Ustaz Kusnadi Ikhwani, saat ini banyak dari 13 ribu masjid Muhammadiyah dalam kondisi tertidur dan harus dibangkitkan.

"Jumlah masjid Muhammadiyah 13 ribu tapi masih banyak yang tertidur, masih belum terurus, jamaahnya masih sedikit," ujar Ustaz Kusnadi dalam talkshow Ekonomi Berbasis Masjid dalam Muhammadiyah Jogja Expo 2023 dengan tema 'Sudah Saatnya Menutup Kotak Infak dan Membuka Amal Usaha' di Joga Expo Center, Jumat (24/11/2023).

Baca Juga

Melihat hal itu, Ustaz Kunadi mengundang para takmir dari 35 kabupaten untuk belajar atau studi banding dari amal usaha yang didirikan di Masjid Al Falah Sragen, Jawa Tengah. Kegiatan tersebut difasilitasi oleh Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR-PM) PDM Surabaya.

Melalui studi banding tersebut, Ustaz Kusnadi berkeinginan untuk mengembalikan fungsi masjid aman Rasulullah. Sebelum ekonomi bangkit dari masjid, kata dia, yang harus dibangunkan itu adalah takmir masjidnya. 

"Tidak bisa ekonomi akan hadir kalau masjidnya tidak diurus dengan serius," ujar Ustaz Kusnadi.

Saat ini melalui PWM Jawa Tengah, Ustaz Kusnadi tengah berupaya mengembangkan amal usaha dua masjid, yakni Masjid At Taqwa PWM Jateng dan Masjid At Tajdid Purwokerto. Pengembangan amal usaha dilakukan dengan cara memperkejakan profesional di bidangnya.

Satu masjid tersebut masing-masing merekrut lima orang, beberapa di antaranya dari dosen dari Unisa yang dibayar secara full oleh rektorat dengan hanya mengurus masjid. Ini menunjukkan bahwa pengembangan ekonomi masjid harus digarap secara totalitas dan profesional.

"Kalau berbicara ekonomi kalau takmirnya belum mengurus serius jangan harap ekonomi akan bangkit dari masjid. Jadi yang terpenting masjid diurus dengan serius, baru ekonomi hadir dari masjid," tuturnya.

Pengembangan persyarikatan Muhammadiyah yang berasal dari langgar di Kauman, Yogyakarta, menunjukkan bahwa masjid yang dikelola dengan serius dapat memberdayakan jutaan umat dan menciptakan ekonomi yang besar.

"Kalau serius, amal usaha akan hidup seperti amal usaha Muhammadiyah lainnya. Masjid 13 ribu ini akan menjadi cikal bakal umat ini bangkit dari masjid," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement