Rabu 07 Feb 2024 19:20 WIB

Perempuan dalam Diskusi

Diskusi tidak bisa dilepaskan dari pendidikan, diskusi membutuhkan literasi. 

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta.
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta.

Oleh: Prof Ema Utami (Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta)

REPUBLIKA.CO.ID, Senin, 5 Februari 2024, bertempat di Universitas Amikom Yogyakarta, diselenggarakan diskusi berkaitan dengan pemilihan umum (pemilu) yang dalam hitungan hari akan dilaksanakan di Indonesia. Adanya acara diskusi yang dilakukan oleh pasangan calon (paslon) presiden dan wakilnya menjadi salah satu pembeda dibandingkan dengan pemilu yang sebelumnya. 

“Desak Anies”, “Slepet Imin”, “Gelar Tikar Ganjar”, dan “Tabrak Prof”, yang merupakan sejumlah nama acara diskusi yang digelar paslon capres-cawapres, menjadi magnet baru bagi pemilih muda dalam Pemilu 2024 ini.

Hal tersebut juga tampak dalam acara diskusi Senin malam lalu, yang menghadirkan salah satu cawapres, Muhaimin Iskandar, dan dihadiri kurang lebih 1.200 peserta, yang sebagian besar kalangan muda. Cukup banyak mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi (PT) di Yogyakarta maupun luar daerah yang mendapat kesempatan untuk maju ke panggung dan berbicara, baik menyampaikan aspirasi maupun bertanya. 

Yang cukup menarik, dalam catatan saya, terdapat 10 perempuan yang maju ke panggung untuk berbicara, baik menyampaikan aspirasi maupun bertanya. Termasuk di antaranya istri Gus Imin, Ibu Rustini Murtadho, dan salah satu dari tiga putrinya, Rahma Arifa, yang akrab dipanggil Mbak Rara.

Kehadiran para perempuan dengan berbagai latar belakang bidang ilmu dalam diskusi pada Senin malam tersebut tentu menjadi indikator bahwa semakin banyak peran perempuan di banyak bidang. Namun, seperti yang dilontarkan oleh beberapa penyampai aspirasi dan penanya, masih banyak yang harus diperhatikan dari masalah yang dihadapi oleh perempuan di Indonesia. 

Beberapa aspirasi dan pertanyaan disampaikan dalam acara tersebut mewakili banyak pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan berkaitan dengan perempuan. Seperti kekerasan, kesetaraan dalam berkarya, sampai dengan masalah kehamilan.

Penyampaian ide, gagasan, sampai dengan bertukar pendapat tak pelak menjadi salah satu wadah yang dapat digunakan untuk mengungkapkan hal tersebut. Dorongan untuk melakukan diskusi merupakan hal yang umum di bidang pendidikan, khususnya PT. 

Sejak awal kuliah, saling berbagi dalam berdiskusi diharapkan menjadi sebuah kebiasaan yang dimiliki oleh mahasiswa. Diskusi bahkan menjadi kewajiban yang harus dilakoni oleh mahasiswa, baik jenjang S2 maupun S3 di Program Studi Informatika Universitas Amikom Yogyakarta, saat menjalani perkuliahan.

Tak dimungkiri, diskusi tidak bisa dilepaskan dari pendidikan. Diskusi membutuhkan literasi. Kemauan dan kemampuan untuk mendengar, berpendapat, bertanya, dan menjawab membutuhkan modal literasi yang bisa didapatkan dengan pendidikan. 

Kecenderungan menurunnya nilai literasi dalam skor PISA (Programme for International Student Assessment) yang didapatkan Indonesia tentu perlu menjadi catatan tersendiri. Pencarian akar masalah dan bagaimana menyelesaikannya tentu menjadi pekerjaan rumah bersama. 

Bahwa masih banyak masalah di bidang pendidikan juga diwakili dari beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh peserta dalam diskusi Senin malam lalu, seperti keterjangkauan, baik biaya maupun lokasi, fasilitas, kualitas, dan lain sebagainya.

Forum diskusi yang digelar di Universitas Amikom Yogyakarta itu memberikan pesan bahwa pendidikan merupakan faktor utama dalam sebuah kemajuan bangsa. Pendidikan menjadi fondasi penting sebagai pemicu dan pemacu kemajuan di banyak bidang lainnya. 

Demikian pula kehadiran dari pemudi, mahasiswi, dan ibu-ibu dalam diskusi tersebut, yang diharapkan menjadi pendorong dan pengungkit semakin banyak perempuan untuk berkiprah di berbagai bidang. 

Di akhir acara diskusi itu saya sempat berbincang sebentar dengan Bu Rustini dan Mbak Rara tentang beberapa hal. Salah satunya adalah peran dan kiprah perempuan. Peran perempuan dalam banyak hal telah banyak dicatat dalam sejarah. 

Kisah beberapa perempuan juga tercatat indah dalam ayat-ayat Alquran dan bahkan perempuan digunakan sebagai salah satu nama surat, yakni An-Nisa. Demikian pula nama perempuan mulia, Maryam. 

Salah satu ayat yang berkaitan dengan peran perempuan dalam diskusi dituliskan dalam surah An-Naml ayat 28-32: “Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sepucuk surat yang mulia.” Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman, yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis (ku).” Wallahu a’lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement