Senin 19 Feb 2024 13:59 WIB

Pengamat Analisis Maksud Pertemuan Jokowi-Surya Paloh 

Peerolehan suara partai politik pengusung Prabowo-Gibran tidak mencapai 50 persen.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Fernan Rahadi
Presiden Jokowi saat memberikan keterangan pers usai meresmikan Rumah Sakit Pertahanan Negara Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Rumah Sakit TNI di Bintaro, Senin (19/2/2024). Ia didampingi Menhan Prabowo Subianto dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.
Foto: Republika/Dessy Suciati Saputri
Presiden Jokowi saat memberikan keterangan pers usai meresmikan Rumah Sakit Pertahanan Negara Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Rumah Sakit TNI di Bintaro, Senin (19/2/2024). Ia didampingi Menhan Prabowo Subianto dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Ahad (18/2/2024) malam. Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas, menilai pertemuan tersebut merupakan upaya untuk memperbaiki hubungan keduanya yang telah lama diisukan renggang.

"Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Nasdem sepertinya ingin memperbaiki hubungan keduanya yang sudah berjarak sejak Partai Nasdem memutuskan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden," kata Fernando kepada Republika, Senin (19/2/2024).

Fernando mengatakan, berdasarkan pada hasil quick count, perolehan suara partai politik pengusung Prabowo-Gibran tidak mencapai 50 persen. Sehingga untuk memperkuat koalisi pendukung Prabowo-Gibran di parlemen, Jokowi berupaya merayu Surya Paloh agar bisa menjadi bahagian pendukung pemerintahan yang akan datang.

"Selain itu Jokowi juga sedang ingin mengurangi jumlah partai politik yang akan mempersoalkan hasil pilpres ke Bawaslu dan Mahkamah Konstitusi apabila berhasil mengajak Partai NasDem ikut bergabung dalam koalisi pendukung Prabowo-Gibran," ucapnya.

Sebagai kompensasi yang akan didapatkan Partai Nasdem, Fernando menilai sangat mungkin jumlah kadernya ditambah dalam kabinet Jokowi yang akan berakhir pada Oktober tahun ini. Diketahui beberapa kursi menteri saat ini kosong seperti Menkopolhukam atau posisi menteri lain yang sebelumnya diisi kader PDI Perjuangan atau PKB.

"Walaupun sisa masa jabatan pemerintahan Jokowi hanya tinggal delapan bulan lagi, masih sangat mungkin ada reshuffle beberapa posisi menteri yang selama ini diduduki oleh kader PDI Perjuangan dan PKB. Apalagi saat ini jabatan Menkopolhukam masih kosong, kemungkinan akan diisi Presiden Jokowi dalam waktu dekat ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa pasca Partai NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai Presiden, Partai NasDem kehilangan dua kursi menteri di Kabinet Indonesia Maju," ungkapnya. 

Sebelumnya pertemuan Presiden Jokowi dan Surya Paloh dikonfirmasi oleh Koordinator Staf Khusus Presiden RI Ari Dwipayana. Menurut Ari, pertemuan tersebut menindaklanjuti permohonan Surya Paloh yang ingin menghadap Presiden Jokowi. Karena itu, Jokowi memanggil Surya Paloh untuk bertemu malam ini.

"Bapak Surya Paloh menyampaikan permohonan untuk menghadap Bapak Presiden. Sebagai tanggapan atas permohonan tersebut, Bapak Presiden mengalokasikan waktu untuk menerima Bapak Surya Paloh, malam hari tadi di Istana Merdeka," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement