Senin 11 Mar 2024 21:00 WIB

DBD Merebak di Jepara, Tim Kemenkes Teliti Virus dan Nyamuk

Tim peneliti mengambil sampel nyamuk dan jentik di beberapa lokasi wilayah Jepara.

Rep: Antara/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Pasien demam berdarah dengue (DBD) menjalani perawatan di rumah sakit.
Foto: Republika/Thoudy Badai
(ILUSTRASI) Pasien demam berdarah dengue (DBD) menjalani perawatan di rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, JEPARA — Kasus demam berdarah dengue (DBD) merebak di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, pada awal 2024 ini. Merespons hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menurunkan tim untuk meneliti virus dan nyamuk penyebar DBD di Jepara.

Tahun ini, hingga 5 Maret 2024, dilaporkan 156 orang positif DBD di Jepara, 20 meninggal, dan 884 orang lainnya suspek DBD. Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jepara Eko Cahyo Puspeno mengatakan, tim dari Kemenkes melakukan penelitian terkait kasus DBD pada 6-8 Maret 2024.

Baca Juga

“Tim yang diterjunkan, selain dari Kementerian Kesehatan RI, juga ada dari Balai Laboratorium Kesehatan Semarang, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Lingkungan Salatiga, dan Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara,” kata Eko, Senin (11/3/2024).

Menurut Eko, tim peneliti tersebut mengambil sampel darah warga yang terjangkit DBD, juga sampel nyamuk dan jentik nyamuk di beberapa lokasi penelitian. Lokasi penelitian itu Desa Troso (Kecamatan Pecangaan), Desa Pendosawalan (Kecamatan Kalinyamatan), Desa Bugel (Kecamatan Kedung), Desa Karanggondang dan Suwawal (Kecamatan Mlonggo), dan Desa Kuwasen (Kecamatan Jepara).

Eko mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil penelitian terkait virus dengue dan nyamuk pembawa virus tersebut. Menurut dia, dalam penelitian itu dikaji apakah virus dengue di Jepara termasuk jenis yang ganas atau tidak karena saat ini penyebaran DBD dinilai terbilang cepat, dengan angka kematian yang tinggi.

“Sementara penelitian vektor nyamuk untuk mengetahui saat masih dalam bentuk jentik nyamuk sudah mengandung virus DBD atau tidak. Jika iya, tentunya ada transmisi transovarial atau transmisi dari induk ke telur nyamuk. Tentunya berbahaya sekali saat jentik sudah ada virusnya tanpa menggigit penderita,” kata Eko.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement