Ahad 24 Mar 2024 11:21 WIB

Pendidikan Ramadhan Merupakan Perbaikan Sepanjang Hayat

Puasa merupakan sarana tazkiyatun nafs umat Islam agar memiliki jiwa bersih & tenang.

Restu Faizah
Foto: dokpri
Restu Faizah

Oleh : Dr. Ir. Restu Faizah, ST., MT (Dosen Prodi Teknik Sipil FT UMY)

REPUBLIKA.CO.ID, Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan mulia yang memiliki keistimewaan dibandingkan 11 bulan lainnya, karena pada bulan tersebut terkandung banyak keutamaan yang tidak terdapat pada bulan lainnya. Keistimewaan tersebut bukan ada secara kebetulan, namun memiliki tujuan untuk membentuk karakter manusia menuju derajat takwa, seperti disampaikan oleh Allah dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 183.

 

Bulan Ramadhan disebut sebagai Syahrut Tarbiyah yaitu bulan pendidikan, bulan pembinaan, atau bulan latihan. Dalam setiap kegiatan pendidikan, selalu ada unsur guru/pembimbing, pelajaran/materi, dan murid/anak didik. Pendidikan di bulan Ramadhan, merupakan pendidikan istimewa karena umat Islam langsung dibimbing oleh Allah SWT. Selain itu, latihan yang diberikan di bulan Ramadan sangat lengkap, mencakup ranah afektif (ruh), psikomotorik (fisik), maupun kognitif (akal).

Ibadah puasa merupakan sarana tazkiyatun nafs bagi umat Islam agar memiliki jiwa yang bersih dan tenang. Dalam menjalankan puasa, manusia rela menahan diri untuk meninggalkan kesenangan-kesenangan hidup di dunia dengan penuh kepasrahan dan keikhlasan. Apabila bukan karena Allah, lantas kenapa mampu bertahan dalam lapar dan dahaga? Padahal jika membatalkan puasa dengan makan minum pun, tidak ada orang lain yang mengetahuinya.

Dengan menjalankan ibadah puasa, secara tidak sengaja, manusia telah memenangkan ruh atas nafsu. Ini adalah latihan penjagaan kualitas ruhiyah yang sangat tinggi. Ditambah dengan ibadah lain, seperti sholat tarawih, tadarus Alquran, dan infak sedekah. Selama sebulan, ruh terus menerus dibersihkan dan dipoles, dengan harapan kebersihan hati tetap terjaga hingga masa setelah Ramadhan.

Dalam menjalankan ibadah sunnah pada bulan Ramadhan, umat islam mendapatkan pendidikan ruhiyah, fisik, dan akal/pemikiran. Sebagai contoh, pendidikan psikomotorik juga terdapat pada ibadah tarawih berjamaah selama sebulan penuh, serta pengaturan makan dan minum yang sangat tertib.

Pada bulan Ramadhan, tubuh diistirahatkan setiap hari selama 14 jam dari kegiatan makan minum, sehingga bisa terjadi pembersihan kotoran, perbaikan pada sistem pencernaan, dan menjadi diet yang sangat bagus. Latihan-latihan selama bulan Ramadan mengajak umat Islam untuk berperan aktif, tidak hanya sebagai pendengar dan pengamat saja. Pedoman dan juknis sudah dijelaskan oleh Allah dan Nabi Muhammmad SAW melalui Alquran dan sunnah, selanjutnya umat Islam dituntut untuk langsung mengamalkan, tidak cukup dengan memahami saja.

Kalau diukur berdasarkan Taksonomi Bloom, maka pendidikan pada bulan Ramadhan memiliki kedalaman hingga level 3, yaitu mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Namun tidak hanya berhenti di sini, pasca-Ramadhan harus dilanjutkan dengan level yang lebih tinggi, yaitu analisis dan evaluasi. Amal shalih yang sudah dilatih pada bulan Ramadan harus terus diamalkan dan ditingkatkan pada bulan berikutnya. Apabila terjadi penurunan amal, maka perlu dianalisis penyebabnya dan dilakukan evaluasi untuk mendapatkan strategi yang akan digunakan untuk melakukan improvement.

Alur demikian akan diulang-ulang terus setiap tahun, dengan harapan akan terjadi peningkatan kualitas umat Islam dari tahun ke tahun. Dengan demikian, pendidikan di bulan Ramadan terus dilaksanakan selama hayat (long life education), dan merupakan usaha perbaikan yang terus-menerus. Sistem pendidikan ini sangat cocok dengan perkembangan kehidupan modern di dunia transformasi dan informasi yang mengalami perkembangan sangat cepat. Manusia dituntut mampu beradaptasi dengan perkembangan tersebut, dan setiap waktu harus senantiasa bertambah kebaikannya, agar dapat predikat sebagai manusia beruntung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement