Jumat 14 Jun 2024 11:23 WIB

Alat Pengolah Sampah di DIY Selesai Dipasang pada Pertengahan 2024 

Ada dua kategori sampah yang dikumpulkan dan akan diolah menjadi dua jenis produk.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Pekerja memilah sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terintegrasi (TPST) Sindu Mandiri, Desa Sinduadi, Sleman, Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pekerja memilah sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terintegrasi (TPST) Sindu Mandiri, Desa Sinduadi, Sleman, Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan bahwa mesin pengolah sampah di DIY akan selesai dipasang pada pertengahan 2024. Mesin tersebut nantinya akan mampu mengolah sampah setidaknya 100 ton per hari, namun bertahap.

Sultan menyebut bahwa keberadaan mesin pengolah sampah tersebut menjadi salah satu wujud kerja sama antara Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Dikatakan bahwa saat ini kabupaten/kota memang belum selesai melakukan pemasangan peralatan mesin pengolah sampah, sehingga masih ada sampah yang tertinggal. 

Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta telah sepakat melakukan pengolahan sampah bersama di Intermediate Treatment Facility (ITF), di Bawuran, Pleret. Di ITF, sampah di Bantul dan Kota Yogyakarta akan dipilah, dan diolah. 

Sedangkan, untuk residu akan dikarbonasi, sehingga seluruh proses pengolahan sampah tuntas di tempat tersebut. "Saya kira Kota Yogyakarta sudah punya komitmen untuk menampung sebagian sampah ke Bantul, ke Piyungan," kata Sultan belum lama ini.

Dikatakan Sultan bahwa ketika mesin pengolah sudah terpasang, akan ada dua kategori sampah yang dikumpulkan dan nantinya akan diolah menjadi dua jenis produk. Sampah anorganik dijadikan produk daur ulang industri, sedangkan sampah organik akan menjadi pupuk di bidang tanah 21 hektare yang menjadi area Lumbung Mataram.

Selain itu, Sultan juga mengajak kerja sama Kementerian Keuangan untuk membangun percontohan pengelolaan sampah di DIY guna mempercepat penanganan terhadap sampah. Sultan menegaskan bahwa persoalan sampah ini tidak hanya terjadi di DIY saja, sehingga melalui kerja sama tersebut diharapkan persoalan sampah tidak hanya rampung di DIY, namun juga di daerah lain.

Menanggapi permasalahan sampah tersebut, Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Sugeng Purwanto mengatakan bahwa saat ini Kota Yogyakarta telah memiliki lahan untuk pengelolaan sampah. Meski demikian, perilaku sosial masyarakat terkait dengan sampah menjadi hal yang juga perlu dibenahi.

"Lahan sudah ada, kemudian teknologi dalam konteks sederhana sudah. Permasalahannya kan sampah ini masalah sosial. Lahan ada, tapi di dekat pemukiman, ini yang harus didiskusikan dengan masyarakat. Sosialnya harus aman, harus menerima, teknologinya masuk, kemudian prosesnya jalan. Itu baru bisa clear, memang tidak mudah," kata Sugeng.

Sugeng menuturkan, kenyamanan masyarakat harus tetap yang utama. Namun perlu digaris bawahi bahwa pengelolaan sampah yang dimaksud bukan TPA. 

Dikatakan bahwa sampah akan diolah, sehingga memiliki nilai ekonomis tinggi. Terlebih di tempat pengelolaan tersebut, tidak akan ada sampah yang berhenti. 

"Ketika datang, langsung diolah dan kemudian diangkut. Teorinya memang tidak menimbulkan bau, namun bukan tidak mungkin sampah akan tercium tidak sedap pula. Kemarin kita coba, masih menimbulkan bau, makanya pelan-pelan kita cari solusi. Kita lihat starter atau ekstraknya, nanti disesuaikan apa yang paling baik, dan meminimalisir bau," ucap Sugeng.

Sugeng berharap akhir Juni 2024 ini pemasangan mesin pengolah sampah di tiga titik sudah siap beroperasi. Dengan begitu, diharapkan permasalahan sampah di DIY sudah bisa tertangani, meskipun tidak 100 persen. 

Meski begitu Sugeng mengatakan tidak perlu khawatir, mengingat sampah adalah hal yang tidak terprediksi. Apalagi DIY tidak hanya diisi penduduk asli, tetapi juga mahasiswa-mahasiswa lainnya.  

"Mari kita jaga DIY tetap nyaman dan yang datang kesini juga dapat mengikuti terkait dengan policy yang ada di Jogja," jelasnya. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement