Rabu 10 Jul 2024 10:05 WIB

Proses Menjadi Guru Besar

Tak dimungkiri keinginan mendapatkan sesuatu secara instan banyak dijumpai.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami (Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta)

REPUBLIKA.CO.ID, Selain terjadinya serangan siber terhadap Pusat Data Nasional (PDN), berita lain yang menarik perhatian media adalah mengenai jabatan akademik Guru Besar atau Profesor. Keinginan beberapa publik figur di bidang politik yang juga sebagai pengajar di Perguruan Tinggi (PT) untuk meraih jabatan akademik tertinggi menjadi berita yang mengiringi kasus PDN. Bahkan salah satu media menjadikan topik utama dan investigasi atas raihan gelar Profesor dari dosen di berbagai PT.

Raihan jabatan akademik Profesor tidak dimungkiri menjadi cita-cita tertinggi dari sebagian besar dosen yang diusahakan untuk dapat dicapai. Tentu banyak juga alasan lain yang dapat melatarbelakangi dorongan pencapaian gelar Profesor tersebut, baik dari pribadi ataupun dari kampus.

Penggunaan sistem terintegrasi oleh Kemendikbudristek untuk mengagregasi Tridharma PT yang dilakukan oleh dosen tentu mempermudah masyarakat mengikuti kasus ini. Sistem seperti PDDikti, Sister, dan Sinta dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat untuk menelusuri rekam jejak yang ditorehkan oleh setiap dosen di Indonesia. Beberapa sistem tersebut dapat menjadi rujukan untuk melihat kiprah setiap dosen dalam aktivitas akademik. Jejak Tridharma PT yang dilakukan setiap dosen, yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat dapat ditelusuri dengan mudah dengan adanya berbagai sistem ini.

Jika terdapat kejanggalan dalam riwayat yang terekam tentu dapat memunculkan berbagai pertanyaan. Sebagai gelar jabatan akademik tertinggi, untuk mencapai Guru Besar tentu seorang dosen membutuhkan sebuah proses yang panjang dalam kegiatan Tridharma PT yang dilakukan. Gelar jabatan akademik yang dimulai dari tenaga pengajar, Asisten Ahli, Lektor, Lektor Kepala, dan berujung pada Guru Besar, di mana dalam setiap tahapan kenaikannya dipastikan membutuhkan syarat-syarat tertentu. Adanya proses panjang tersebut tentu dapat menorehkan rekam jejak di setiap langkahnya. Rekaman yang pastinya juga disertai dengan bukti-bukti pendukung dalam kegiatan Tridharma PT yang pernah dilakukan. Dengan demikian, raihan gelar Guru Besar tentu bukan merupakan capaian yang dapat dilakukan secara instan.

Di era saat ini tidak dimungkiri bahwa keinginan untuk mendapatkan sesuatu secara cepat, mudah, atau instan banyak dijumpai. Banyak dan kompleksnya kegiatan yang dapat dilakukan saat ini menjadikan keinginan untuk segera menyelesaikan kegiatan dan beralih ke yang lainnya cukup tinggi. Kemampuan multitasking dengan bantuan berbagai perangkat modern menjadi hal yang cukup umum dilakukan di era saat ini. Namun demikian, tidak dimungkiri bahwa pengabaian proses dan hanya mementingkan tujuan yang hendak dicapai acap kali ditemui, termasuk di bidang akademis. Sebagai contoh, kewajiban yang dibebankan ke mahasiswa maupun dosen, seperti penulisan artikel ilmiah terdapat celah instan untuk bisa mencapainya. Mulai dari penggunaan teknologi berbasis kecerdasan artifisial sampai dengan praktik jual beli artikel ataupun sebagai penulisnya.

Pencapaian suatu tujuan dapat memiliki kesulitan dan kemudahan dalam prosesnya. Berusaha selalu memberikan yang terbaik dalam setiap prosesnya tentu menjadi harapan bagi kita semua. Ayat-ayat dari surat pendek Insyirah, yaitu ayat 5-8 dapat menjadi pegangan kuat dalam menjalani suatu proses, “Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain). dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah!” Wallahu a’lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement