Rabu 26 Mar 2025 08:11 WIB
Hikmah Ramadhan

Mengambil Hikmah Zaman Keemasan Islam

Mari bersama kita optimistis mewujudkan negeri yang damai, adil dan makmur.

Arif Bimantara
Foto: dokpri
Arif Bimantara

REPUBLIKA.CO.ID, Arif Bimantara, S.Pi., M.Biotech (Dosen Bioteknologi Unisa Yogyakarta)

Berita-berita kondisi bangsa saat ini telah banyak menimbulkan polemik dan memunculkan tagar-tagar untuk menyerah terhadap keadaan. Negeri yang sempurna dengan pemerintahan yang dapat menyejahterakan masyarakat yang sangat beragam tampaknya hanya menjadi angan dan impian belaka. Namun, fakta sejarah menceritakan bahwa sekitar 13 abad yang lalu terdapat sebuah negara terbesar di dunia dengan kriteria tersebut. Negara yang sejahtera, damai dan disegani negara lain.

Sejak Rasulullah Muhammad SAW meninggal, para pengikutnya menyebarluaskan Islam hingga ke seluruh semenanjung arab. Perluasan wilayah semakin gencar di masa pemerintahan Bani Umayyah mencakup Asia Tengah, Asia Barat, Eropa timur dan Afrika utara. Negara Islam menjelma menjadi negara multikultur terbesar di dunia. Pada zaman pemerintahan Bani Abbasiyyah ketika khalifah Harun Al-Rasyid memimpin, negara Islam berkembangan sangat pesat dengan Baghdad sebagai pusatnya. Istana negara menjadi tempat diskusi terbuka. Keterbukaan cara berpikir saat itu menyebabkan negara Islam menjadi pusat peradaban dunia.

Keberhasilan Islam di zaman ini secara umum disebabkan oleh dua faktor. Faktor pertama adalah Alquran dan Hadits menjadi pegangan utama dalam menjalankan kehidupan. Faktor yang kedua adalah dukungan kuat dari pemerintah. Kedua faktor tersebut memberikan dampak pada orientasi akhirat di setiap kegiatan yang dilakukan.

Dampak selanjutnya adalah karakteristik amalan mayoritas penduduknya terdapat pada level tertinggi. Salah satu contoh adalah penentuan arah dan waktu dalam shalat, diperlukan peralatan yang memiliki tingkat presisi yang tinggi agar ibadah utama umat Islam tersebut dilaksanakan dengan benar. Karakter ini tidak hanya teraplikasi dalam persoalan ibadah saja namun di setiap sendi kehidupan.

Keruntuhan zaman keemasan islam ini dimulai abad 13 ketika pasukan Mongol dan pasukan Kristiani menyerang. Selain terjadi pembantaian, perpustakaan juga dihancurkan. Sejarah keemasan Islam seakan-akan hilang begitu saja. Sulitnya zaman keemasan tersebut untuk diulang adalah salah satunya karena terjadinya disosiasi ilmu agama dan ilmu lain. Seakan-akan kebutuhan untuk hidup di dunia dan akhirat terpisah.

Hal ini dapat dilihat dari fenomena saat ini bahwa Agama Islam hanya menjadi salah satu mata pelajaran saja di sekolah. Bahkan bukan menjadi penentu utama untuk melanjutkan jenjang pendidikan. Padahal agama menjadi fondasi utama dalam mencapai zaman keemasan yang diharapkan.

Islam melarang keras umatnya untuk berputus asa walau sedang dalam kondisi yang terburuk. Negara adil dan makmur seperti ketika zaman keemasan Islam dapat dicapai kembali. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan senantiasa memperbaiki niat dalam setiap aktivitas untuk mencari keridahaan Allah SWT dengan berpegang pada Alquran dan Hadits.

Kedua jangan pernah menutup diri dari kemajuan zaman, dari kejadian di sekitar kita, dengan tetap mengintegrasikan nilai-nilai keislaman. Terakhir, bak penaklukan konstantinopel yang telah diprediksi oleh Rasulullah SAW sejak Perang Khandaq yang akhirnya terjadi 8 abad kemudian, diperlukan niat kuat dan konsistensi untuk dapat mewujudkannya.

Mari bersama kita tetap selalu optimistis untuk mewujudkan negeri yang damai, adil dan makmur. Jika belum dapat dimulai di level negara, mari kita mulai dari level keluarga. Semoga dengan kumpulan keluarga yang berpegang kuat pada Alquran dan Hadits, cita-cita Indonesia emas akan terakselerasi dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement