REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lebih dari 200 kuda terbaik dari penjuru Nusantara menjajal trek Lapangan Pacuan Kuda Stadion Sultan Agung, Bantul, dalam gelaran BNI Indonesia’s Horse Racing Triple Crown Serie 1 & Pertiwi Cup 2025, Ahad (20/4/2025). Menariknya tak hanya joki laki-laki saja yang ikut berlaga di event bergensi ini, tetapi ada juga joki perempuan yang unjuk kemampuannya.
Kuda-kuda itu didatangkan berasal dari 13 daerah dari Indonesia Bagian Barat sampai Indonesia Bagian Timur. Mulai dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara hingga Nusa Tenggara Timur.
"Total jumlah kuda yang ikut hari ini hampir 170, ditambah kemarin total jadi lebih 200 ekor. Ada joki perempuan yang ikut menyemarakkan event ini. Kelas perlombaannya tidak dibedakan, mereka bertanding di trek lapangan yang sama," kata Ketua Umum PP Pordasi, Aryo PS Djojohadikusumo, Ahad.
"Joki perempuan yang ikut bertanding memang masih sedikit, tapi ini membuktikan tidak ada perbedaan cabang antara laki-laki dan perempuan," ucapnya menambahkan.
Aryo menjelaskan kejuaraan pacuan kuda ini menampilkan kelas khusus bertajuk Pertiwi Cup yang secara khusus menyoroti semangat kesetaraan dan apresiasi terhadap perempuan, khususnya di industri pacuan kuda. Bahkan, di peringatan Hari Kartini ini, pihaknya juga memberikan penghargaan kepada perempuan-perempuan yang berkiprah dalam industri pacuan kuda.
Penerima penghargaan ini diwakili oleh sepuluh wanita yang saat ini tengah berkarya di dalam industri pacuan kuda dengan berbagai profesi. Menurutnya, pacuan kuda merupakan satu dari segelintir olahraga di mana joki laki-laki dan perempuan melakukan race di satu kelas yang sama. Sehingga olahraga berkuda bisa dikatakan sebagai simbol kesetaraan gender.
"Kami menyoroti peran wanita sebagai salah satu rising stars di dalam industri pacuan kuda. Kami berharap dapat melihat semakin banyak perempuan berkiprah di dalam olahraga dan industri pacuan kuda, seperti menjadi joki, pelatih, groomer, dokter, horse owner, stable owner, dan profesi lainnya," ujarnya.
Dia juga menuturkan antusiasme peserta untuk ikut serta dalam kejuaraan ini sangat besar. Namun sayangnya, masih ada beberapa kendala yang dihadapi, terutama terkait sarana dan infrastruktur yang belum memadai. Warga sekitar bahkan sampai menyewakan area pekarangan rumahnya untuk digunakan sebagai lokasi kandang kuda.
Ke depannya, kata Aryo, Pordasi memiliki program utama untuk memperbaiki fasilitas penunjang lomba. Ia juga berharap pacuan kuda dapat kembali digelar di Jakarta.
"Kami masih terkendala terutama dengan jumlah kandang yang terbatas. Bahkan warga sekitar SSA rela garasinya dijadikan kandang sementara selama persiapan lomba ini," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Panitia acara sekaligus CEO dan Co-Founder SARGA.CO, Aseanto Oudang menyampaikan ada 18 kelas yang dipertandingkan dalam event ini. Tiga kelas paling bergengsi dengan hadiah tertinggi adalah Kelas Terbuka 2.000 meter dengan total hadiah Rp 70 juta, Kelas 3 tahun Derby 1.200 meter yang memperebutkan Triple Crown Seri I dan hadiah total Rp 200 juta, serta Kelas 3 tahun Betina 1.600 meter memperebutkan Pertiwi Cup dan total hadiah Rp 200 juta.
Menurutnya gelaran tahunan ini tak hanya menjadi ajang mempertontonkan kehebatan joki dan performa kuda-kuda pacu terbaik dari berbagai daerah Indonesia, tetapi juga telah mendorong potensi sport tourism mengingat daya tarik olah raga pacuan kuda yang mencapai lintas daerah di seluruh Indonesia. Dikatakannya, gelaran tersebut mampu menyedot 20 ribu pengunjung yang ingin menyaksikan pacuan kuda di Stadion Sultan Agung, Bantul itu.
"Dalam dua tahun terakhir ini, kami telah menyaksikan minat dan perhatian masyarakat Indonesia yang semakin besar terhadap pacuan kuda," kata Aseanto.
"Dari hasil penjualan tiket gelaran kali ini total ada lebih 20 ribu pengunjung yang datang menyaksikan, dari berbagai daerah. Ini menunjukkan bahwa ada potensi sport tourism terhadap event pacuan kuda," ucapnya.