REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Diskusi mahasiswa UIN Walisongo bertema militerisme sempat didatangi personel TNI. Namun Wakil Rektor I Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Mukhsin Jamil mendukung mahasiswanya untuk menggelar diskusi dengan tema apa pun, termasuk mengkritisi kondisi politik nasional teraktual.
"Silakan mau bicara apa saja, kita dijamin oleh undang-undang. Enggak ada masalah, silakan. Enggak usah takut ya. Bicara apa saja, kritisi kondisi dan situasi kita yang memang memerlukan kritisisme. Jalankan saja," kata Mukhsin ketika diwawancara di kantornya terkait dugaan intervensi dan intimidasi terhadap mahasiswanya, Rabu (23/4/2025).
Mukhsin menekankan kebebasan akademik di lingkungan perguruan tinggi dijamin oleh undang-undang. "Oleh sebab itu penyelenggaraan pendidikan, setiap penyelenggaraan seminar, kemudian kajian-kajian, bebas dilakukan dengan tema apapun," ucapnya.
Dia berharap masing-masing pihak dapat menjalankan fungsinya masing-masing. Perguruan tinggi melaksanakan perannya sebagai lembaga akademik. Sementara TNI-Polri mengemban tanggung jawabnya di bidang pertahanan dan keamanan.
"Jadi, tentara saya berharap inline dengan apa yang disampaikan Pak Prabowo berkali-kali ya, tidak akan ada yang namanya intervensi, tidak akan ada lagi yang namanya dwifungsi tentara gitu kan. Tidak akan ada seperti itu," ucap Mukhsin.
"Saya berharap ya semuanya kembali ke fungsi masing-masing, dan saya kira kampus cukup kukuh ya untuk bisa menegakkan kebebasan hal akademik karena dijamin oleh undang-undang," tambahnya.
Mukhsin mengatakan, dia mengetahui adanya kejadian dugaan intimidasi terhadap para mahasiswanya dari media sosial (medsos). "Respons kita tentu pertama kali kaget ya, karena loh kok kayak zaman dulu lagi?" katanya.
Dia pun mempertanyakan mengapa personel TNI yang datang ke kampusnya meminta data diri para mahasiswa yang terlibat diskusi. "Apa itu pentingnya urgensinya minta data diri dan untuk apa mempersoalkan diskusi itu?" kata Mukhsin.
Namun Mukhsin mengaku belum memperoleh data terkait berapa banyak mahasiswa UIN Walisongo yang diduga mengalami intimidasi oleh personel TNI. Selain itu, dia pun belum memiliki informasi terkait identitas individu diduga intel yang menyusup ke kegiatan diskusi mahasiswanya.
Menurut Mukhsin, saat ini kontrol politik bisa dijalankan masyarakat luas. Sehingga jika ada dugaan intervensi terhadap kehidupan akademik di lingkungan kampus, hal itu dapat direspons berbagai elemen masyarakat sipil, termasuk media.
"Jadi saya yakin intervensi apapun, yang dilakukan oleh siapapun, tidak hanya oleh tentara, karena orang masuk kampus kan tidak hanya tentara, intelijen juga macam-macam latar belakangnya kan, aksi-aksi intervensi terhadap kampus dengan sendirinya akan mentahlah. Saya yakin akan mentah," ucap Mukhsin.
Sementara itu Kapendam IV/Diponegoro Letkol Inf Andy Soelistyo mengakui bahwa pada 14 April 2025 lalu, salah satu anggotanya, yakni Sertu Rokiman, datang ke Kampus III UIN Walisongo Semarang. Hari itu Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) bersama Forum Teori dan Praktik Sosial (FTPS) menggelar diskusi bertajuk "Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer Bagi Kebebasan Akademik" di samping Auditorium 2 Kampus III UIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah (Jateng).
Namun Andy mengatakan, kedatangan Sertu Rokiman tidak semata-mata untuk memantau diskusi mahasiswa UIN Walisongo. Menurutnya, personel Kodam IV/Diponegoro Semarang cukup sering terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan di kampus tersebut. "Bahwa keterlibatan Koramil di UIN itu ada pernah melatih paskibra, melatih bela negara, melatih bela diri. Kemudian pada saat acara-acara kepramukaan, kewisudaan, ikut membantu untuk menjaga pengamanan bersama kepolisoan dan sekuriti," ucapnya ketika diwawancara via telepon, Rabu (23/4/2025).
Menurut pengakuan Sertu Rokiman kepada Andy, dia tidak memiliki niatan untuk mengintervensi diskusi mahasiswa UIN Walisongo. "Apalagi masa satu orang Babinsa, berhadapan dengan rekan-rekan mahasiswa yang mungkin jumlahnya cukup banyak, ibaratnya kok konyol kalau dia tiba-tiba seperti ingin mengintervensi," ujar Andy.
Andy pun mengaku belum menerima laporan atau bukti video yang menunjukkan hadirnya Sertu Rokiman di tengah-tengah diskusi mahasiswa UIN Walisongo. Menurut Andy, Sertu Rokiman pun siap menjalani pemeriksaan oleh POM jika mahasiswa atau rektorat UIN Walisongo melaporkan aksi dugaan intervensi tersebut.
"Dalam hal ini saya menyampaikan, saya memastikan, bahwa apa yang dilakukan (Sertu Rokiman) hanya sekadar untuk membantu monitoring wilayah. Tidak pernah sedikitpun mengganggu atau berniat mencampuri atau terlibat dalam urusan sivitas akademika yang ada di UIN," kata Andy
Dia pun menambahkan bahwa Sertu Rokiman hanya hadir di depan Kampus III UIN Walisongo. "Saya tegaskan hanya di depan kampus dan diingat di pos sekuriti bersama sekuriti dan juga kawan-kawan dari polsek," ujarnya.
Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) bersama Forum Teori dan Praktik Sosial (FTPS) menggelar diskusi bertajuk "Fasisme Mengancam Kampus: Bayang-Bayang Militer Bagi Kebebasan Akademik" di samping Auditorium 2 Kampus III UIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah (Jateng), pada 14 April 2025 lalu. Acara diskusi itu disusupi orang tak dikenal yang diduga personel intel dari TNI.
Salah satu panitia diskusi, Abdul (bukan nama sebenarnya) mengungkapkan, saat diskusi baru dimulai, seorang tak dikenal tiba-tiba ikut duduk di forum. "Itu masih sesi perkenalan. Ketika sesinya, orang tak dikenal itu, ia enggan memperkenalkan dirinya. Dari situ kami sangat curiga," ujar Abdul dalam keterangannya, Rabu (16/4/2025).
Kala itu diskusi dipandu oleh perwakilan FTSP bernama Farhan. Setelah didesak para peserta diskusi, pria tak dikenal yang mengenakan celana panjang dan kaos hitam itu menyampaikan bahwa namanya adalah Ukem. Namun dia enggan menjelaskan asal usulnya.
Menurut Abdul, setelah momen itu, Ukem meninggalkan lokasi diskusi. "Hanya sekitar lima menit gabung dalam forum," ujarnya.
Abdul mengungkapkan, saat diskusi dimulai, sekitar 10 menit berselang, personel satpam menyambangi lokasi diskusi. Satpam tersebut kemudian mengundang beberapa mahasiswa yang menjadi penanggung jawab diskusi ke belakang lokasi acara.
"Di situ ternyata ada TNI masuk (kampus), posisinya tepat di belakang lokasi kita diskusi. Sebelumnya kami tidak mengetahuinya karena tertutup oleh pohon beringin," ungkap Abdul.
"Ada dua orang berboncengan motor, satu pakai seragam TNI, satunya pakai baju hitam," tambah Abdul.
Saat menemui kedua anggota TNI tersebut, para mahasiswa perwakilan KSMW dimintai identitas. Personel TNI tersebut kemudian bertanya tentang tema diskusi yang sedang berlangsung. "Dia sempat bertanya sambil menekan, menanyakan siapa saja yang ikut diskusi, dari mana saja," ucap Abdul.
Abdul mengaku khawatir atas kejadian tersebut. Menurutnya, saat ini kemerdekaan diskusi di lingkungan kampus terancam.