REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Menyambut Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriyah, Pemerintah Kota Yogyakarta menyerahkan secara simbolis sebanyak 16 ekor sapi sebagai hewan kurban kepada masyarakat. Penyaluran hewan kurban tahun ini diprioritaskan kepada kelompok-kelompok rentan, termasuk di antaranya lebih dari 1.100 penggerobak sampah yang tersebar di seluruh wilayah kota.
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Pemkot Yogyakarta, Hilmi Arifin, menjelaskan total 16 sapi yang terkumpul ini berasal dari berbagai pihak, baik dari lembaga pemerintah maupun non-pemerintah, dengan rincian satu ekor sapi bantuan dari Presiden RI, satu ekor sapi dari Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, satu ekor sapi dari Wali Kota Yogyakarta, satu ekor sapi dari Bank BPD DIY, satu ekor sapi Bank Jogja, satu ekor sapi dari PDAM Tirtamarta, serta 10 ekor dari Ikatan Notaris Indonesia Wilayah Yogyakarta.
"Yang terakhir, yang paling banyak, 10 sapi dari Ikatan Notaris Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta akan diberikan kepada penggerobak sampah se-Kota Yogyakarta yang berjumlah kurang lebih 1.130 orang," kata Hilmi dalam acara penyerahan hewan kurban Idul Adha 1446 H di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Kamis (5/6/2025).
Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengapresiasi atas partisipasi semua pihak dalam kegiatan kurban tahun ini. Ia menilai kurban tahun ini menghadirkan pembaruan penting dalam konteks sosial dan keadilan distribusi, di mana distribusi daging kurban kali ini juga menyasar kelompok masyarakat yang selama ini jarang terlibat dalam program serupa.
"Kalau saya lihat shohibul qurban yang punya keikhlasan tinggi mendukung kegiatan Hari Raya Idul Kurban pada kesempatan kali ini di Pemerintah Kota Yogyakarta. Ada satu nilai pembaruan yang kita lihat bersama bahwa biasanya kita belum bisa menyentuh pada penggerobak," ujar Hasto.
Terkait pendistribusian, nantinya hasil pemotongan hewan kurban akan dikumpulkan di masing-masing kelurahan untuk diberikan kepada penggerobak sampah sesuai data yang sudah tercatat. "Satu penggerobak sampah (dapat) 1,5 kilogram. Nanti perwakilan saja yang datang ke rumah pemotongan hewan, terus dagingnya kita antar ke kelurahan sesuai data penggerobak," katanya.
Hasto lalu menekankan pentingnya makna spiritual dan keikhlasan dalam pelaksanaan kurban, agar amal tidak menjadi sia-sia. Dalam hal ini, masyarakat diajak untuk memahami bahwa kurban bukan sekadar menyembelih hewan, tapi tentang uji keikhlasan dan ketulusan memberi.
Ia mencontohkan fenomena yang kerap mencabut pahala hanya karena tidak ikhlas.
"Makna terbesar bukan pada fisik dagingnya, akan tetapi pada keikhlasan, ketaatan untuk mengorbankan sesuatu yang sangat berharga dan semata-mata hanya karena taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kalau orang Jawa itu sering dengan kata-kata yang mudah sekali diucapkan ‘tuasno’. Sudah dibela-belain begini, ‘tuasno’. Sebetulnya kalimat tuasno itu sama dengan yang mencabut amal kebaikan yang sudah diberikan," ucapnya.
"Itu sebenarnya godaan setan. Ketika kita memberikan sesuatu kepada orang lain, maka setan itu selalu mengikuti kita sampai kita membatalkan keikhlasannya. Saya kira belajar ikhlas ini harus kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang mencabut kebaikannya sendiri," ungkapnya menambahkan.
Selain menyampaikan aspek spiritual dari kurban, orang nomor satu di Kota Yogyakarta ini juga mengingatkan pentingnya menjaga aspek lingkungan dalam pelaksanaan Idul Adha, khususnya terkait penggunaan plastik. Dalam pendistribusian daging kurban nanti, masyarakat diimbau untuk tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai.
Imbauan ini juga sejalan dengan anjuran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengurangi limbah plastik saat distribusi daging kurban yang kerap memunculkan masalah lingkungan termasuk di perkotaan.
"Plastik yang dibuat dari singkong itu kan ada juga. Harapan saya, ketika di kota ini tidak bisa memakai daun karena keterbatasan daun, ya pakai hal-hal yang bisa diurai begitu dan bukan anorganik. Dan sekarang ada plastik yang organik. Tetapi kalau semua itu tidak ada, ya bawa wadah sendiri dari rumah. Sebenarnya harapan saya seperti itu karena itu juga himbauan dari Kementerian," katanya.
Hasto kemudian menyampaikan harapannya agar gotong royong dalam kurban dapat terus dilakukan dan menjangkau kelompok yang lebih luas di tahun-tahun mendatang. "Tahun depan mudah-mudahan kita bisa terus melakukan gotong royong untuk kurban seperti ini dan menyentuh lebih luas lagi," ungkapnya.
Salah satu penerima hewan kurban, Samiati menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kota Yogyakarta yang turut menyasarkan pendistribusian daging kurban ke Panti Asuhan Putra Islam Giwangan. Kata dia, bantuan ini memiliki manfaat yang besar guna meningkatkan konsumsi daging bagi anak-anak yang ada di panti tersebut.
"Tentunya bahagia (menjadi salah satu penerima daging kurban). Dengan adanya hewan kurban ini juga meningkatkan gizi anak, menambah rasa kedekatan antara panti dan pimpinan Kota Yogyakarta dan Baznas," ucapnya.