Senin 16 Jun 2025 21:20 WIB

Sampah Kiriman Banjiri Sungai Buntung, Wali Kota Yogyakarta Tinjau ke Lokasi

Terlihat kondisi tumpukan sampah yang mengendap di Sungai Buntung.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Fernan Rahadi
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo saat melakukan tinjauan di Sungai Buntung di Kelurahan Kricak, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta.
Foto: Wulan Intandari
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo saat melakukan tinjauan di Sungai Buntung di Kelurahan Kricak, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Kelurahan Kricak, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Kedatangannya ini setelah menerima aduan dari warga mengenai kondisi jembatan dan tumpukan sampah di Sungai Buntung.

Dari pantauan Republika di lokasi, terlihat kondisi tumpukan sampah yang mengendap di Sungai Buntung. Beragam jenis sampah yang menumpuk mulai dari kantong plastik, bungkus makanan, hingga limbah rumah tangga seperti kain, seng, dan potongan kayu.

Hasto menyampaikan juga menerima informasi jaring penahan sampah yang sebelumnya dipasang untuk menahan aliran limbah kini diketahui jebol.

"Kita ini kan masang trash barrier di sini, terus kita lihat sampah yang dari hulu dikeluhkan dari sini. Maka saya itu dilapori di lapangan seperti apa, warga sekitarnya apakah masih buang sampah di sungai atau tidak itu saya ingin tahu, jadi mengecek ke lapangan," ujar Hasto, Senin (16/6/2025).

Ia mengaku lega setelah mendengar penjelasan dari RT setempat bahwa warga sudah memiliki kesadaran tinggi untuk tidak membuang sampah sembarangan. Oleh karena itu, solusi yang akan segera dilakukan adalah memasang kembali trash barrier (jaring sampah) di titik-titik strategis.

Selain itu, kerusakan bronjong dan jembatan akan segera ditindaklanjuti. "Pertama saya akan menguatkan bahwa trash barrier harus kita pasang lagi di lebih hulu, di tempat yang mudah dikontrol," ungkapnya.

"Saya memang sudah dilapori kalau jembatan ini agak mengkhawatirkan karena bawahnya ini ada bronjong yang sudah jebol sampai sana itu. Jadi kan bronjongnya hilangnya sudah lumayan satu cc itu. Itu sampai sini. Saya kira ini satu hal yang emergency bagi saya harus segera direspon dan ditindaklanjuti oleh pemerintah," katanya menambahkan.

Sedangkan untuk penanganan jangka menengah, Hasto juga menggagas penggunaan dana pemerintah untuk program padat karya. Tujuannya tak hanya membersihkan sampah, tetapi juga memberikan penghasilan tambahan bagi warga. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara warga dan pemerintah, terutama dalam pengangkutan sampah dari trash barrier ke tempat pemilahan atau depo.

"Anggaran yang kita pakai untuk bersih-bersih ini kita buat suatu padat karya. Kalau gak pakai padat karya, mungkin saya pakai robot. Tapi ini padat karya ini kan membagi rezeki pada banyak orang," ucap dia.

Terkait pasukan oranye yang diusulkan untuk membersihkan sampah, Hasto mendukung gagasan tersebut. Menurutnya akan lebih baik orang-orang yang terlibat dalam pasukan orange merupakan warga sekitar karena lebih mengetahui kondisi lingkungannya.

"Kalau menurut saya sih lebih baik diambilkan dari warga setempat karena yang tahu situasi dan dekat jadi ya kerjanya lebih cepat," ujarnya.

Terkait sanksi bagi warga yang membuang sampah ke sungai, Hasto menekankan bahwa penindakan bukanlah prioritas utama. Menurutnya, langkah pertama adalah rembukan antarwarga untuk menentukan sanksi yang edukatif, seperti keterlibatan dalam kegiatan sosial.

"Kalau saya itu kan penindakan itu nomor 3, 4, 5 lah. Yang pertama itu semua tersiaga. ‘Oh ini gerobaknya ada, penggerobaknya ada. Oh Pak RW, Pak RT semua sudah bergerak’. Kemudian diputuskan nanti kalau ada warganya yang masih buang sampah di sungai, untuk diapakan," kata Hasto.

Sementara itu, Ketua RT 57 Kampung Bangunrejo, Mulyanto, menjelaskan bahwa sampah tersebut bukan berasal dari warganya. Menurutnya, warga telah sadar untuk tidak membuang sampah ke sungai. Namun, kiriman sampah dari wilayah hulu dan tidak berfungsinya jaring penahan menjadi biang kerok utama.

"Kalau warga sudah tidak membuang sampah ke sungai, sampahnya dari atas (hulu),” ujar Mulyanto.

Ia juga mengungkap bahwa bronjong di bantaran sungai telah ambrol sejak lama. Hal ini menyebabkan sampah lebih mudah tersangkut, karena kawat bronjong menjadi perangkap alami yang menahan limbah plastik dan lainnya.

"Karena jika sungai masih menggunakan bronjong maka sampah plastik tidak akan mengalir," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement