Kamis 28 Aug 2025 07:25 WIB

Cegah Generasi Stroberi, Yogyakarta Luncurkan 'Jatayu' untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045

Anak-anak Jatayu nantinya akan bertugas menanamkan lima nilai Panca Tertib.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Fernan Rahadi
Kader Jatayu yang dikukuhkan oleh Wali Kota Yogyakarta, Ahad (24/8/2025).
Foto: Wulan Intandari
Kader Jatayu yang dikukuhkan oleh Wali Kota Yogyakarta, Ahad (24/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Di balik impian besar menuju Indonesia Emas 2045, muncul kekhawatiran serius tentang lahirnya generasi stroberi atau generasi muda yang tampak manis dan cerdas di luar, namun lemah dalam karakter, mental, dan ketangguhan menghadapi tantangan. 

Tak bisa dipungkiri, istilah generasi  stroberi ini menjadi sorotan belakangan ini termasuk dalam pengukuhan puluhan pelajar Muhammadiyah Kota Yogyakarta sebagai kader Praja Kota Yunior (Jatayu), Ahad (24/8/2025) di Komplek Perguruan Muhammadiyah Purwodiningratan. 

Kepala Satpol PP Kota Yogyakarta, Octo Noor Arafat mengatakan kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Ia menilai banyak anak muda saat ini rentan terhadap tekanan, mudah menyerah, dan kurang tangguh menghadapi dinamika sosial. Fenomena ini diperburuk dengan rendahnya disiplin, minimnya kepedulian terhadap lingkungan, dan melemahnya nilai-nilai akhlak di tengah gempuran era digital.

"2045 akan mewujudkan Indonesia Emas, tetapi banyak yang kemudian bertanya apakah kita mau emas atau cemas? Karena kita memperhatikan bonus demografi yang ada. Kalau kita tidak memanfaatkannya untuk mewujudkan anak-anak yang berkualitas, maka hasilnya adalah anak-anak yang kita sebut generasi  stroberi," katanya, Ahad.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta bersama berbagai elemen strategis seperti TNI Angkatan Udara, dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) meluncurkan gerakan Jatayu, atau Praja Kota Yunior. Program ini merupakan gerakan pembinaan pelajar sebagai duta ketertiban, kedisiplinan, dan kepedulian lingkungan. 

Octo menjelaskan anak-anak Jatayu nantinya akan bertugas menanamkan lima nilai Panca Tertib antara lain tertib bangunan, tertib lingkungan, tertib jalan, tertib sosial, dan tertib usaha. Mereka juga dibekali pendidikan karakter, budaya anti rokok, dan wawasan ketahanan pangan.

Ia menyebut pesan-pesan moral dan sosial juga dikemas dengan kalimat sederhana agar mudah diserap anak-anak dan lingkungan sekitar, seperti “Buang sampah sembarangan? Jangan ya, Dik. Coret-coret sekolah? Jangan ya. Parkir sembarangan? Jangan ya, Pak.”

"Kita tak ingin generasi nanti seperti stroberi. Bagus di luar tapi lembek di dalamnya. Sinergi baik ini harapannya menjadi ikhtiar mempersiapkan generasi yang lebih baik ke depan," ucapnya.

Menariknya, simbol pisang diangkat dalam gerakan ini. Berbeda dengan  stroberi yang rapuh dan cepat rusak, pisang memiliki filosofi kuat di mana tidak akan mati sebelum berbuah, bisa tumbuh meski dipotong, dan terus menghasilkan tunas baru.

"Anak-anak kita harus seperti pisang yang kokoh, tangguh, dan memberi manfaat," kata Octo.

Ketua PDM Kota Yogyakarta, Akhid Widi Rahmanto, menyambut baik program Jatayu yang menurutnya sejalan dengan misi pendidikan Muhammadiyah dalam menanamkan akhlak dan karakter sejak dini.

"Karakter dan akhlak tak terpisahkan dari pendidikan Muhammadiyah. Menjadi tugas bersama di sekolah Muhammadiyah Kota Yogyakarta untuk terus menanamkan pada anak-anak didiknya. Jatayu menjadi garda depan di tingkat anak-anak kita, agar mereka berkarakter baik juga tak lupa melestarikan lingkungan," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua BKS Perguruan Muhammadiyah Purwodiningratan, Gintoro, menegaskan pentingnya kehadiran kader Jatayu sebagai duta ketertiban di lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat. Dengan hadirnya Jatayu, ia juga mendorong agar generasi emas tidak boleh dibentuk dari hal yang instan dan rapuh.

"Inilah bagian dari investasi karakter yang tidak hanya bermanfaat hari ini, tetapi juga untuk masa depan bangsa," ucap dia.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, yang melantik para kader tersebut mengingatkan tanggung jawab menjaga ketertiban bukan hanya milik Satpol PP, melainkan seluruh elemen masyarakat  termasuk sekolah, yang merupakan tempat untuk membangun karakter sejak kecil kepada anak.

Melalui pendekatan ini, generasi muda diharapkan mampu menyampaikan pesan ketertiban secara menarik dan dekat dengan teman sebaya, sekaligus mendorong anak-anak menjadi pribadi yang disiplin, jujur, bertanggung jawab, mandiri, dan percaya diri. "Tentunya, ini menjadi sebuah hal yang positif, dengan memberikan stimulus ke anak-anak terkait pendidikan karakter, pelestarian lingkungan. Itu memberikan warna yang berbeda," ucap Hasto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement