Jumat 20 Jun 2025 07:34 WIB

Bulaksumur Roundtable Forum Angkat Potensi Ziswaf untuk Pendanaan Iklim

Acara ini merupakan hasil kolaborasi BRF dengan Mosaic dan Pares.

Rep: Muhammad Andi/ Red: Fernan Rahadi
Ketua Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, Dr Abdul Gaffar Karim (berdiri) berbicara dalam edisi khusus The Clinic yang digelar Bulaksumur Roundtable Forum (BRF), sebuah forum diskusi akademik yang diinisiasi oleh Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM di Kampus Fisipol UGM, Kamis (19/6/2025).
Foto: Muhammad Andi
Ketua Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, Dr Abdul Gaffar Karim (berdiri) berbicara dalam edisi khusus The Clinic yang digelar Bulaksumur Roundtable Forum (BRF), sebuah forum diskusi akademik yang diinisiasi oleh Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM di Kampus Fisipol UGM, Kamis (19/6/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bulaksumur Roundtable Forum (BRF), sebuah forum diskusi akademik yang diinisiasi oleh Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, menggelar edisi khusus "The Clinic", di Kampus Fisipol UGM, Yogyakarta, Kamis (19/6/2025). Forum ini berfokus pada pemanfaatan zakat, infaq, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) sebagai alternatif skema pendanaan iklim partisipatif di Indonesia.

Acara yang diselenggarakan secara tertutup ini merupakan hasil kolaborasi BRF dengan Mosaic dan Pares, dua inisiatif yang berdedikasi pada keberlanjutan dan keadilan sosial. Kerja sama ini dilandasi oleh kesadaran bersama bahwa transisi energi dan pembangunan berkelanjutan membutuhkan dukungan pendanaan yang kuat secara struktural, namun tetap inklusif secara sosial.

Forum ini mempertemukan para akademisi, tokoh agama, perwakilan lembaga keuangan syariah, organisasi masyarakat sipil, regulator, dan pembuat kebijakan. Tujuannya adalah untuk membangun pemahaman yang lebih kaya tentang potensi Ziswaf dalam menghadapi tantangan krisis iklim yang semakin nyata di depan mata.

Krisis Iklim: Pentingnya Aksi Nyata dan Kontribusi Dana Umat.

Dalam sambutannya, Ketua Departemen Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM, Dr Abdul Gaffar Karim, menyampaikan apresiasinya kepada para narasumber yang telah meluangkan waktu untuk hadir.

"Hadirin sekalian, para narasumber kita adalah para tokoh di lembaga-lembaga kunci yang sangat relevan bagi topik kita hari ini, yaitu untuk membahas filantropi Islam, bagaimana dana umat bisa digunakan untuk turut berkontribusi pada persoalan besar kita dewasa ini, yaitu krisis iklim," ujar Gaffar.

Ia menekankan bahwa krisis iklim adalah masalah yang nyata dan mendesak. "Karena krisis iklim ini nyata ada di depan mata, dan harus kita sikapi sebaik-baiknya. Tanpa polemik akademik dan labeling yang berlebihan. Yang penting action," katanya. 

Gaffar berharap forum ini dapat menjadi titik awal bagi para pemangku kepentingan untuk duduk bersama, mengidentifikasi, dan merumuskan langkah-langkah kolaboratif yang konkret.

"Mudah-mudahan acara kita hari ini bisa membawa kontribusi bagi penguatan peran umat Islam untuk turut mengatasi krisis iklim," ujarnya.

Mosaic Ajak Kolaborasi untuk Aksi Iklim Partisipatif

Senada dengan Gaffar, perwakilan dari Muslim for Shared Actions on Climate Impact (Mosaic) mengungkapkan harapan besar terhadap upaya kolaboratif dalam memberdayakan umat untuk mendorong aksi iklim. Mosaic sendiri aktif menjalankan berbagai program kampanye, termasuk "Umat untuk Semesta" yang dapat diakses melalui media sosial Instagram, serta program "Sedekah Energi" yang memungkinkan masyarakat berdonasi untuk instalasi panel surya di masjid-masjid melalui crowdfunding berbasis sedekah.

"Tentunya Bulaksumur Roundtable Forum ini merupakan bagian dari ikhtiar kami untuk menggabungkan semua potensi terkait dengan gerakan inisiatif hijau yang saat ini tentunya masih minim," kata Ketua Pengurus Mosaic, Nur Hasan Murtiaji.

Hasan menekankan pentingnya memberdayakan semua pemangku kepentingan, dengan harapan acara ini dapat merumuskan collaborative action yang berbasis pada participative climate finance.

Forum ini secara khusus berusaha menawarkan skema solusi konkret mengenai bagaimana inisiatif masyarakat atau komunitas dapat secara konkret terlibat dalam mengatasi persoalan iklim, salah satunya melalui pemanfaatan dana umat. Diskusi ini diharapkan menjadi langkah awal dalam memperkuat integrasi nilai-nilai keislaman ke dalam kebijakan dan praktik pendanaan publik di Indonesia, demi terwujudnya energi dan lingkungan yang berkelanjutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement