Selasa 23 Sep 2025 17:43 WIB

Universitas AKPRIND Dampingi Desa Bendung Kembangkan TTG dan Agrowisata Berbasis Edukasi

Sistem sprinkle IoT bertenaga PLTS menjadi solusi digitalisasi pertanian yang nyata.

Universitas AKPRIND Yogyakarta semakin memperkuat peran akademisi dalam mendampingi masyarakat Desa Bendung, Kecamatan Semin, Gunungkidul, melalui program pengabdian berbasis teknologi tepat guna (TTG) dan inovasi pertanian.
Foto: dokpri
Universitas AKPRIND Yogyakarta semakin memperkuat peran akademisi dalam mendampingi masyarakat Desa Bendung, Kecamatan Semin, Gunungkidul, melalui program pengabdian berbasis teknologi tepat guna (TTG) dan inovasi pertanian.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas AKPRIND Yogyakarta semakin memperkuat peran akademisi dalam mendampingi masyarakat Desa Bendung, Kecamatan Semin, Gunungkidul, melalui program pengabdian berbasis teknologi tepat guna (TTG) dan inovasi pertanian. Program ini dirancang untuk meningkatkan produktivitas pertanian, mendukung UMKM, serta memperkuat desa wisata berbasis edukasi.

Pada tahun 2024, tim pengabdian berhasil mengimplementasikan sistem pengairan sprinkle berbasis Internet of Things (IoT) dengan energi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Sistem ini memungkinkan petani mengatur kebutuhan air secara otomatis melalui sensor yang terhubung dengan aplikasi, sehingga penyiraman lebih efisien, hemat energi, dan ramah lingkungan.

Ketua Tim Pengabdian, Ir Joko Waluyo, MT, menyampaikan, sistem sprinkle IoT bertenaga PLTS menjadi solusi digitalisasi pertanian yang nyata.

"Teknologi ini membantu petani bekerja lebih efisien sekaligus memperkenalkan konsep pertanian cerdas yang berkelanjutan. Serta dampak dari teknologi PLTS ini biaya listrik tiap bulannya sudah tidak ada dan hasil pertanian sangat optimal sehingga penghasilan petani meningkat," katanya.

Tahun 2025, fokus program diperluas dengan pembangunan greenhouse berbasis IoT yang diberikan kepada Pokdarwis Konco Tani. Greenhouse modern ini dilengkapi sensor suhu, kelembapan, cahaya, serta sistem kipas dan sprinkle otomatis yang dapat dikendalikan melalui aplikasi. Selain meningkatkan kualitas hasil panen, greenhouse IoT juga menjadi daya tarik eduwisata, di mana pengunjung dapat belajar langsung mengenai pemanfaatan teknologi digital dalam mendukung pertanian modern, tambah Joko Waluyo.

Selain itu, Universitas AKPRIND juga memperkenalkan berbagai TTG seperti mesin pengupas serabut kelapa yang serabutnya digunakan untuk media tanam untuk tanaman melon di greenhouse berbasis IoT, mesin peniris untuk mengurangi kadar minyak setelah makanan digoreng sehingga makanan tidak mudah tengik, dan mesin pengiris umbi yang dimanfaatkan oleh Gapoktan Maju Makmur dan UMKM Candra Kirana. Teknologi ini membantu mempercepat proses produksi, meningkatkan kualitas produk karena hasil pengirasannya dimensinya sama serta mengurangi limbah.

Sementara anggota tim, Dr Syafriyudin, ST, MT menambahkan, keberhasilan program ini tidak lepas dari dukungan pendanaan pemerintah. Kegiatan terlaksana berkat adanya dana hibah dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Dukungan ini menegaskan komitmen pemerintah dalam mendorong kolaborasi perguruan tinggi dengan masyarakat untuk menghadirkan inovasi yang bermanfaat langsung.

Kepala Desa Bendung Didik Rubiyanto, mengungkapkan apresiasinya. "Program AKPRIND benar-benar membawa manfaat bagi masyarakat. Greenhouse IoT menjadi daya tarik baru untuk eduwisata, sementara TTG membantu petani dan UMKM lebih produktif. Desa Bendung semakin siap menjadi desa wisata agro-edukatif yang mandiri,” ujarnya.

Dengan komitmen berkelanjutan, Universitas AKPRIND bersama masyarakat Desa Bendung optimistis menjadikan kawasan ini sebagai percontohan desa berbasis teknologi, energi terbarukan, dan kearifan lokal di Yogyakarta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement